Perayaan Unik Hari Tanpa Bayangan di Dunia

Kustin Ayuwuragil | CNN Indonesia
Rabu, 21 Mar 2018 17:46 WIB
Berbagai budaya dunia ikut rayakan hari tanpa bayangan dengan berbagai cara berbeda.
Perayaan hari tanpa bayangan (REUTERS/Henry Romero)
Jakarta, CNN Indonesia -- Masyarakat yang tinggal di sekitar garis ekuator hari ini tengah mengalami hari tanpa bayangan berkat peristiwa equinox. Equinox sendiri adalah hari dimana siang dan malam punya durasi yang hampir sama. Matahari pun terbit tepat di timur dan tenggelam di barat. Biasanya arah terbit dan tenggelam matahari ini bergeser sedikit dari timur dan barat.

Di awal tahun terjadi Equinox Vernal yang menandai peristiwa gerakan semu matahari yang bergerak ke utara bumi. Sementara di akhir tahun terjadi Equinox Autumnal.

Bagi penduduk di wilayah tropis hingga lintang 23,5 derajat, equinox jadi penanda pergantian musim hujan ke kemarau. Namun perayaan berbeda terjadi di belahan Bumi lain.

ADVERTISEMENT

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Bangunan yang Segaris dengan Equinox

Masyarakat kuno Amerika rupanya pernah membangun sebuah bangunan observasi astronomi yang sangat besar pada 500 sebelum Masehi. Bangunan ini didirikan di Chankilo, sebuah padang pasir Peruvian di utara Lima, ibukota Peru.

Bangunan ini memiliki 13 menara yang ditempatkan dari utara ke selatan seperti posisi tulang belakang. Sepanjang tahun, matahari akan muncul di sela-sela menara. Muncul di ujung kiri dari menara pertama saat titik balik utara matahari. Terbit di menara tengah saat equinox, dan terbit di menara paling kanan pada titik balik selatan.

"Menara-menara paling ujung jelas menjadi tanda titik balik Matahari, meskipun argumen untuk equinox lebih tidak langsung," catat arkeolog Iván Ghezzi dari Universitas Katolik Peru, seperti dikutip National Geographic, Selasa (20/3). 
Patung Istimewa saat Ekuinox

Saat penduduk di garis ekuator menikmati terik Matahari di hari tanpa bayangan, masyarakat di Chichen-Itza, Kolombia kuno, punya cara yang lebih unik. Suku Maya menciptakan patung yang bayangannya akan berubah menjadi seekor ular berkilau yang mewakili Dewa Kukulkan saat equinox terjadi.

Perubahan lain ditemukan pada 1977, ketika seniman pahat Anna Sofaer sedang mengeksplorasi petroglyph dari barat daya Amerika. Di bagian atas Fajada Butte New Mexico, Sofaer menemukan apa yang dikenal sebagai Sun Dagger yang merupakan penanda kalender yang dibuat dari dua spiral yang terukir di batu.

Selama titik balik matahari musim panas dan equinox, spiral-spiral diiris oleh cahaya matahari yang bersinar melalui lempengan batu. Pada titik balik matahari musim dingin, dua cahaya muncul di kedua sisi spiral. Namun batu lempengan sudah bergeser dan gambarnya tidak lagi terlihat.

Tradisi Equinox di Amerika

Beberapa tradisi equinox asli Amerika masih hidup hingga saat ini. Di wilayah Lakota, Midwest AS, titik balik musim semi dirayahan dengan serangkaian upacara yang dimaksudkan untuk menyambut kehidupan di Bumi dan mengirim jiwa-jiwa yang telah mati untuk beristirahat sebentar di inti Bima Sakti.


"Masyarakat kita, selama bertahun-tahun, telah melakukan itu," kata Victor Douville, pengajar etnoastronomi di Universitas Sinte Gleska di Rosebud Reservation di South Dakota.

Mereka melihat konstelasi bintang mirip dengan batang kering saat equinox terjadi sehingga mereka membuat upacara Sacred Pipe (rokok suci). Upacara ini dimaksudkan untuk menyalakan kembali api suci kehidupan di Bumi.

Penduduk Lakota mengikuti tradisi migrasi kerbau besar di AS Midwest pula sesuai dengan pergerakan Matahari dan bintang. Tradisi yang biasanya dilakukan saat migrasi itu masih hidup hingga kini. (eks)
REKOMENDASI
UNTUKMU LIHAT SEMUA
LAINNYA DI DETIKNETWORK
LIVE REPORT
TERPOPULER