Jakarta, CNN Indonesia -- Temuan spesies hiu berjalan atau
walking shark di perairan Ternate, Maluku Utara terancam reklamasi yang dilakukan pemerintah kota Ternate, Maluku Utara.
Area di sekitar daerah Pasar Higienas Gamalama sampai Taman Nukila dan pesisir kota yang berupa padang lamun (seagrass) merupakan salah satu tempat yang mengancam kehidupan satwa air dan terumbu karang.
"Dampak fisik terhadap terumbu karang adalah sedimentasi yang akan mengancam kelangsungan terumbu karang di bagian depannya," ungkap Dosen Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan Universitas Khairun, Nurkhalis Wahidin kepada
CNNIndonesia.com.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Hiu berjalan atau Hemiscyllium halmahera merupakan hewan yang aktif di malam hari dan hidup di balik terumbu karang.
Terumbu karang jenis Genus Porites, Montipora, Acropora, Hydnopora, Echinopora, Styllopora, Seriatopora, Leptastrea, dan Lobiphyllia banyak ditemukan di kawasan timur Ternate dan kerap menjadi habitat hiu berjalan.
Porites, Montipora dan Acropora merupakan genus dominan. Usia Porites di kawasan tersebut bahkan sudah mencapai puluhan tahun dengan diameter berukuran lebih dari dua meter.
Karang yang rusak akibat reklamasi butuh waktu sangat lama untuk bisa kembali seperti semula. Sementara kondisi karang sangat bergantung pada proses pertumbuhan masing-masing genus.
"Genus seperti Porites dengan bentuk pertumbuhan masif hanya memiliki laju pertumbuhan sekitar 2 sampai 3 milimeter per tahun. Sehingga bisa dibayangkan untuk mencapai diameter 2 meter, misalnya dengan tinggi 1 meter saja, akan membutuhkan waktu lebih dari 100 tahun," ungkapnya.
(evn)