Jakarta, CNN Indonesia -- Rentetan gempa bumi yang menguncang Lombok dan sejumlah daerah di Indonesia memicu perhatian mengenai teknologi hunian aman.
Teknologi RISHA atau rumah instan sederhana sehat yang dikembangkan oleh Badan Penelitian dan Pengembangan Pusat Penelitian dan Pengembangan Perumahan dan Permukiman (Balitbang Puslitbangkim) Kementerian PUPR disbut bisa menjadi solusi untuk hunian tahan gempa.
Berbeda dengan rumah pada umumnya, RISHA merupakan hunian dengan konsep bongkar pasang
(knock down) denga proses pembangunan yang tak membutuhkan semen dan bata. Pembangunan rumah bisa dilakukan dengan menggabungkan panel-panel beton dan baut.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
"Jadi kita terus mendorong pemanfaatan dan aplikasi RISHA yang merupakan hasil penelitian yang dikembangkan oleh Balitbang Puslibangkim di Bandung Balitbang PUPR. Dan ini juga upaya pemerintah untuk mendorong capaian Program Satu Juta Rumah," terang Dirjen Penyediaan Perumahan Kementerian PUPR Khalawi Abdul Hamid melalui keterangan resmi.
Khalawi menjelaskan teknologi ini memiliki sejumlah kelebihan antara lain proses pembangunan lebih cepat, biaya lebih murah, lebih ramah lingkungan, lebih tahan gempa, mudah dibongkar pasang (knock down), lebih ringan, dan bisa diodifikasi untuk bangunan sekolah hingga rumah sakit.
Pemilik rumah bisa membangunnya secara bertahap dengan waktu yang tidak terlalu lama yakni sekitar 24 jam untuk setiap modul berukuran 3x3 meter dengan tiga orang pekerja.
Teknologi ini juga memungkinkan jika digunakan untuk dua lantai. Dengan syarat pengguna harus memperhatikan beban hunian maksimal 125kg per meter persegi dan penggnuaan konstruksi lantai dari balok loteng dan papan kayu atau multi block.
Khusus untuk pembangunan dua lantai, belum direkomendasikan penggunaan lantai dari beton bertulang.
(evn)