Jakarta, CNN Indonesia -- Pendapat memasang kaca film di gedung DPR sebagai solusi keamanan dari kasus peluru nyasar tidak mungkin dilakukan bila tujuannya membuat kaca gedung menjadi antipeluru. Pelaku bisnis kaca film di Indonesia menjelaskan tidak ada kaca film yang antipeluru.
"Kaca film antipeluru itu maksudnya kaca film
safety (keselamatan), bukan kaca film antipeluru 100 persen. Seharusnya yang antipeluru itu kacanya, bukan kaca filmya," ucap
Christopher Sebastian, CEO Makko Group, penjual berbagai merek kaca film, Rabu (17/10).Menurut Christoper kaca film
safety bisa mengurangi dampak tembakan peluru 30 - 40 persen. Namun dijelaskan kemampuannya ditentukan oleh faktor seperti kaliber peluru,
velocity (kecepatan), sudut tembakan, dan jarak tembakan.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
"Jadi fungsi kaca film
safety bukan antipeluru tapi membelokan arah peluru. Jadi kemungkinan peluru yang ditembakkan akan meleset," jelas Christopher.
Makko Group menjual produk kaca film
safety untuk otomotif dan properti bernama Masterpiece. Pilihan ketebalan kaca mulai dari 4 mm, 7 mm, 8 mm, 11 mm, dan 12 mm sebagai yang tertebal.
Buat kendaraan, misalnya sedan, kaca film
safety disarankan memakai ketebalan 4 mm untuk kaca depan-belakang dan 7 mm atau 8 mm untuk kaca samping. Pada kaca depan-belakang ketebalan itu paling pas dinilai dari proses pemasangan. Sedangkan pada kaca samping dipertimbangkan dari fungsionalitas
power window.
Sedangkan untuk kaca film
safety buat gedung, Christopher menganjurkan memakai ketebalan 7 mm.
Dijelaskan, kaca gedung biasanya berukuran lebar dan besar. Masalahnya, semakin lebar dan besar kaca dinilai semakin banyak titik lemah mengalami benturan atau tusukan. Kendala lainnya, bila kaca film
safety semakin tebal kerekatannya dengan kaca bisa tidak maksimal.
"Kami anjurkan 7 mm, karena kalau 4 mm tidak maksimal buat gedung. Tapi itu tergantung kacanya juga, 12 mm paling tebal," ujar Christopher.
Menurut Christoper kaca film
safety memang tidak 100 persen anti-peluru, namun diklaim anti-maling. Kaca film
safety dikatakan bisa diterobos namun butuh waktu lama sehingga menyulitkan kerja maling atau perampok.
"Selain anti-peluru juga anti pencurian, kaca tidak bisa dipecah sehingga tidak bisa dicuri. Kaca hanya retak tapi tidak bisa berlubang, kalaupun berlubang itu lama sekali prosesnya, keburu menimbulkan keributan. Jadi butuh waktu lama sampai berlubang," ujar Christopher.
Harga kaca film
safety Masterpiece untuk semua kaca sedan, harganya sekitar Rp3 juta termasuk pemasangan. Sedangkan untuk gedung kaca film
safety dijual Rp650 ribu per meter persegi untuk ketebalan 7mm dan Rp1,4 juta per meter persegi buat ketebalan 12 mm.
 Ilustrasi kaca film. (Foto: Istockphoto/DanielAzocar) |
Tahan Efek BomPendapat serupa datang dari pelaku bisnis dealer kaca film merek 3M di Jakarta Barat, Andre Susanto. Dia menjelaskan belum ada teknologi yang menghasilkan kaca film antipeluru.
"Sampai saat ini tidak ada teknologi kaca antipeluru, jadi kalau ada yang berani bilang produknya antipeluru boleh dibeli dengan tes yang memadai. Berani
ga Anda (penjual kaca film antipeluru) berdiri di belakang kaca film produknya terus saya tembak," kata Andre.
Dijelaskan Andre, kaca film
safety fungsinya untuk mengurangi daya rusak peluru. Hal itu juga sama dikatakan masih tergantung faktor-faktor yang sudah disebutkan Christopher.
Kaca film
safety pernah populer semasa banyak kasus kejatahan pemecahan kaca mobil di jalanan. Kaca film
safety dikatakan berguna untuk membuat kaca tidak pecah saat dibenturkan benda tumpul atau tajam.
"Kalau pakai kaca film bisa 10 - 15 kali dipukul baru pecah. Pecahan kacanya juga tidak berserakan, tapi tertahan kaca film," ujar Andre.
Selain menahan benturan, kaca film
safey juga disebut Andre punya efek tahan daya ledak bom. Maksudnya ketika kaca film
safety mengalami desakan udara karena ledakan bom, pecahan kaca tidak menyebar.
"Dalam jarak jauh sebenarnya yang berbahaya adalah desakan udara dari efek bom, yang kebanyakan terbang itu kaca. Setelah kaca pecah, serpihannya tetap menempel di kaca film," jelas Andre.
(fea/mik)