Jakarta, CNN Indonesia --
Grab dikabarkan mengalami kendala dalam meningkatkan akurasi pemetaan dan rute lalu lintas pada layanan mereka di
Thailand. Hal ini dialami lantaran perusahaan dilaporkan tengah bermasalah dengan OpenStreetMap, komunitas sukarelawan pemetaan kolaboratif terbesar di dunia.
Masalah itu menurut sumber
Techcrunch lantaran ada serangkaian pengeditan yang menyesatkan untuk peta Thailand. Padahal pemetaan diperlukan untuk menambah rincian dan memperbaiki akurasi peta yang digunakan di delapan negara di Asia Tenggara tempat beroperasinya Grab, termasuk Indonesia.
Grab melakukan upaya peningkatan akurasi pemetaan menggunakan pendekatan multi-input menggunakan Google Maps sebagai basis dengan penambahan informasi sendiri. Mereka juga menerima umpan balik dari pelangga, informasi publik, atau informasi berlisensi lainnya.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Namun di Thailand, ditemukan adanya editan yang tidak akurat pada peta OpenStreetMap (OSM) yang dilakukan oleh tim GlobalLogic yang diketahui berbasis di India. Tim GlobalLogic menggunakan satelit untuk melakukan serangkaian perubahan dalam beberapa bulan terakhir dengan menimpa informasi yang telah dibuat oleh anggota OSM.
Padahal di sisi lain, tim OSM secara sukarela memetakan jalan-jalan dengan mengunjungi tempat secara langsung.
Akibat hal ini, Grab akhirnya menangguhkan proyek dengan GlobalLOgic di Tahiland setelah anggota OSM mengeluh ada banyak perubahan yang salam dalam postingan di forum mereka.
Padahal bagi perusahaan transportasi seperti Grab, akurasi pemetaan sangat penting untuk pengalaman berkendara yang baik. Tanpa ada detail lokasi yang akurat, dapat dipastikan pengemudi dan penumpang bisa tersesat.
Tidak seperti sukarelawan OSM yang mengumpulkan data secara pribadi, para kontraktor Grab menggunakan citra satelit untuk "memperbaiki" detail peta lokal di Thailand yang berubah cepat, misalnya di Bangkok.
Salah satu sukarelawan OSM yang merasa jengkel karena pembaruan yang ada justru tidak akurat. Rasa kecewanya ditunjukkan lewat tagar #WhatInGrabsNameIsThis untuk merekam jejak kesalahan GlobalLogic. Lebihd ari 30 suntingan menyertakan tagar tersebut, meski tak terhitung unggahan serupa lainnya yang kemungkinan belum ditemukan.
"OpenStreetMaps sebagian besar merupakan pekerjaan ketrampilan tetapi mereka datang dengan pola pikir industri," ujar Mishari Muqbil, anggota OSM yang berbasis di Bangkok kepada
Techcrunch, Jumat (12/21).
Masalah ini kabarnya diketahui Grab pada November lalu ketika dewan direksi OpenStreetMap Foundation menolak pengajuan keanggotaan "lebih dari 100 pelamar" dari GlobalLogic. Mereka membatasi jumlah perwakilan yang dialihdayakan (outsourcing) untuk menggarap peta bagi Grab dan klien lainnya dari agensi tersebut.
"Ada pendaftaran massal dari 100 akun baru pada 15.11.2018 dari India, sebagian besar berasal dari satu alamat IP dari sebuah perusahaan yang 'dikenal' oleh OpenStreetMap," demikian tulis surat edaran agensi tersebut.
"Ada lebih banyak keluhan terkait pengeditan dari perusahaan itu, yang memberikan 'layanan pemetaan' ke perusahaan lain," lanjutnya.
Sementara itu, OSM yang didirikan sejak 2006 sebetulnya memiliki misi mulia untuk "membuat kumpulan data peta terbaik dunia" dengan memberdayakan para sukarelawan. Petanya dikembangkan oleh lebih dari 2 juta sukarelawan dari seluruh dunia dan tersedia untuk digunakan tanpa biaya.
(kst/evn)