Gurun Sahara Berganti Iklim Setiap 20 Ribu Tahun

CNN Indonesia
Selasa, 08 Jan 2019 12:36 WIB
Berdasarkan studi terbaru, gurun sahara berubah dari iklim basah menjadi kering setiap 20 ribu tahun sekali.
Ilustrasi (Hamouda Ben Jerad/via REUTERS)
Jakarta, CNN Indonesia -- Studi terbaru dari Massachusetts Institute of Technology (MIT) menunjukkan kondisi iklim di Gurun Sahara telah berubah dari basah menjadi kering setiap 20 ribu tahun sekali.

Peneliti MIT telah menemukan lebih banyak bukti tentang perubahan iklim di Gurun Sahara dibanding penelitian sebelumnya. Mereka memeriksa debu yang terkumpul dari pantai Afrika Barat selama 240 ribu tahun terakhir.

Penelitian menunjukkan bahwa selama periode itu, iklim Sahara terus berubah antara basah dan kering setiap 20 ribu tahun.

ADVERTISEMENT

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

"Hasil kami menunjukkan bahwa sejarah iklim Afrika Utara dominan dalam 20 tahun ini, bolak-balik antara Sahara hijau dan kering," kata David McGee, profesor rekanan di Departemen Ilmu Bumi, Atmosfer, dan Planetarium MIT kepada MIT News.

Gurun Sahara dikenal sebagai salah satu daerah terpanas, terkering dan paling terpencil di dunia. Wilayahnya mencakup sekitar 9,3 juta kilometer persegi di Afrika Utara.

Tetapi bukti sebelumnya menunjukkan bahwa Sahara tidak selalu mengalami kondisi panas dan kering yang ekstrem. Bukti dari penelitian sebelumnya termasuk bahan yang dikumpulkan dari fosil dan lukisan batu dari daerah tersebut.

VOA menulis bukti tersebut menunjukkan bahwa kadang-kadang Sahara bisa memiliki iklim yang sangat basah. Ini memungkinkan tumbuhan dan hewan tumbuh dan berkembang bahkan mengarah pada mungkin ditinggali manusia.

McGee mengatakan penelitian terbaru ini berharga dalam mempelajari sejarah Sahara karena berkaitan dengan pemukiman manusia.

"Masa seperti apa yang baik bagi manusia untuk tinggal di Gurun Sahara dan menyeberanginya untuk keluar dari Afrika, dibandingkan saat-saat yang tidak ramah seperti hari ini," lanjutnya.

Sementara itu, perubahan iklim Bumi sendiri didorong oleh perubahan poros Bumi ketika mengorbit Matahari. Pada gilirannya, rotasi mempengaruhi distribusi sinar Matahari di antara musim. (kst/eks)
REKOMENDASI
UNTUKMU LIHAT SEMUA
LAINNYA DI DETIKNETWORK
LIVE REPORT
TERPOPULER