Madiun, CNN Indonesia --
PT Industri Kereta Api (INKA) memprediksi kereta ringan (
LRT) tanpa masinis bisa diterapkan dalam waktu satu setengah tahun. Project Manager INKA LRT Panji Sulaksono mengatakan kereta otonom ini bisa terealisasi dengan menggunakan teknologi persinyalan atau signalling.
"
Automatic People Mover System (Skytrain) sudah mulai tapi dia masih proses peralihan ke
full automatic. Kalau berkaca pada peralatan persinyalan punya Siemens ini umumnya bisa implementasi satu setengah tahun," kata Panji kepada wartawan di Madiun, Jawa Timur, Senin (14/1).
Hitung-hitungan satu setengah tahun ini berdasarkan penerapan Grade of Automation (GoA) dari tingkat 0 ke 3. Panji mengatakan LRT otonom ini masuk ke GoA tingkat tiga. Panji mengatakan GoA pola operasi kereta terbagi menjadi empat tingkat. Semakin tinggi GoA, semakin tinggi pula tingkat kemandirian kereta.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Pada tingkat 0, kereta masih dioperasikan penuh oleh masinis. Dalam tingkat 1, kereta sudah dilengkapi dengan ATP (Automatic Train Protection). Kereta sudah dilengkapi dengan sistem pengereman otomatis.
"Artinya tetap ada masinis, tapi ada safety protokol yang dipasang di prasarana yang namanya ATP. Biasanya untuk automatic braking ketika dia melanggar sinyal, atau melebihi jalur yang sudah ditetapkan," tutur Panji.
Panji menjelaskan pada GoA 2, kereta sudah memiliki sistem operasi yang semi otomatis. Di sini peran masinis masih diperlukan untuk mengendalikan kereta, masinis akan dibantu oleh Operating ontrol Center (OCC).
"Yang kedua itu sudah ada Automatic Train System selain ATP yang mengatur sinyal blok antar kereta yang lewat di suatu perlintasan. Pola operasional masih ada masinis dan di back up oleh OCC," ujar Panji.
Pada GoA 3, Panji menjelaskan pola pengoperasian kereta akan berjalan secara otomatis. Pola pengoperasian akan tetap dipantau oleh OCC. Panji mengatakan OCC LRT Jabedebek akan berada di Bekasi Timur.
"Yang GoA tiga itu sudah fully automatic. Yang backup itu komponen persinyalan yang dipasang di kereta, rel dan prasarana. OCC berperan sebagai main control operational-nya," kata Panji.
Panji menjelaskan GoA 3 akan mengoperasikan kereta mulai dari menyalakan mesin, hingga berhenti di stasiun. GoA 3 juga akan mengatur akselerasi kereta dan pola pemberhentian kereta.
"Jalannya kereta mulai dari dia hidup, bergerak, bergerak yang diatur otomatis kecepatannya, atau berhenti dengan perlambatan yang otomatis, menyesuaikan petak jalan dan petak pemberhentian," kata Panji.
Kendati demikian meskipun tanpa masinis, kereta otonom masih memerlukan awak kereta (train attendant) untuk menanggulangi berbagai kendala selama perjalanan. Panji menjelaskan awak kereta salah satunya akan berperan sebagai teknisi.
Terpisah, Program Director BPPT untuk LRT Mulyadi Sinung mengatakan kesiapan teknologi persinyalan juga harus dikonfirmasi ke kontraktor prasarana perkeretapian. Saat ini kontraktor prasarana adalah PT Adhi Karya (Persero) Tbk. Pasalnya integrasi teknologi persinyalan antara sarana dan prasarana merupakan lingkup kerja Adhi Karya.
"Sistem pembangunan kereta api ada di sarana dan prasarana. Pekerjaan persinyalan itu di prasarana. Disiapkan oleh Adhi Karya, sistem utama ada di prasarana," ujar Mulyadi.
(jnp/jnp/age)