Jakarta, CNN Indonesia --
Mitsubishi Motors Corporation (MMC) menyampaikan saat ini
Indonesia merupakan negara yang paling banyak menjual mobil penumpang Mitsubishi di antara seluruh operasi bisnis di seluruh dunia.
Anak perusahaan MMC sebagai wakil operasi bisnis di dalam negeri, Mitsubishi Motors Krama Yudha Sales Indonesia (MMKSI), mencatatkan penjualan mobil penumpang sebanyak 140.191 unit dalam periode tahun fiskal 2018 (1 Maret 2018 - 31 April 2019).
Sebagai catatan, pada tahun fiskal 2017 MMKSI membukukan penjualan 103.642 unit, pada 2016 sebesar 65.415 unit, dan pada 2015 sebanyak 76.074 unit.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Chairman MMC Osamu Masuko di Jakarta, Rabu (17/7), mengatakan Xpander merupakan mobil yang paling mendorong pencapaian MMKSI hingga menjadikan Indonesia menjadi nomor satu. Menurut dia posisi nomor satu ini membuat Indonesia sebagai pasar terpenting buat Mitsubishi.
"Xpander adalah produk yang mendorong pencapaian ini semenjak peluncurannya di Agustus 2017, model ini menjadi yang terpenting hanya dalam dua tahun. Xpander diterima baik tidak hanya di Indonesia melainkan juga banyak diterima di luar negeri sejak dimulai ekspor pada April 2018," kata Masuko.
Xpander saat ini diketahui sudah diekspor ke 12 negara dan direncanakan masuk ke total 20 negara di Timur Tengah, Afrika, dan Amerika Latin. Pada tahun fiskal 2018 Xpander diklaim telah diekspor sebanyak 42 ribu unit.
Masuko menyebut Mitsubishi di Indonesia menghadapi dua tantangan mulai saat ini, pertama yaitu memulai penjualan Outlander PHEV dan kedua, menciptakan inovasi baru bersama Gojek.
Outlander PHEV merupakan produk berteknologi listrik pertama dari Mitsubishi yang dijual di kawasan Asia Tenggara. Penjualannya akan dimulai di Gaikindo Indonesia International Auto Show (GIIAS) 2019.
 Mitsubishi Outlander PHEV. (Foto: CNN Indonesia/Rayhand Purnama Karim JP |
MMC telah mengumumkan pada 8 Juli lalu menanamkan investasi pada
startup bidang layanan transportasi online yang didirikan orang Indonesia, Gojek. Masuko enggan menyebutkan nilai investasi yang dimaksud, dia juga belum mau mengungkap target yang ingin dicapai setelah berdiskusi dengan Gojek.
"Ini adalah basis strategi, semua manufaktur otomotif sedang dalam periode transformasi. 100 tahun yang lalu semua manufaktur melakukan bisnis dalam kondisi nyaman, kami bisa menikmati bisnis. Tetapi 100 tahun ke depan tidak ada yang tahu, bisnis apa yang akan jadi mainstream di industri otomotif.
"Sekarang kami dihadapkan tantangan teknologi otonomos dan berbagi kendaraan. Kami tidak bisa mengerjakannya sendiri, kami butuh aliansi, rekan bisnis, penasehat, kami butuh intelijen baru dan kami butuh banyak hal. Kami memutuskan memilih Gojek, dan mempelajari banyak hal," ujar Masuko.
(fea)