Jakarta, CNN Indonesia -- Penelitian terbaru mengungkap longsoran dari
Gunung Anak Krakatau mengotori dasar
laut. Longsoran ini timbul akibat letusan dahsyat pada tahun lalu yang menimbulkan tsunami pada 22 Desember 2018 yang menewaskan lebih dari 400 orang dan melukai ribuan orang.
Dilansir dari
AFP, berdasarkan survei citra kelautan menunjukkan selat antara pulau Jawa dan Sumatra ditutupi oleh bebatuan berbentuk segitiga dari Anak Krakatau. Tinggi batu ini bisa mencapai 90 meter.
Sebagian kawah runtuh setelah meletus 22 Desember, dan kemudian meluncur ke laut sehingga memicu gelombang mematikan yang menewaskan lebih dari 400 orang dan melukai ribuan lainnya.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Puing-puing dari gunung berapi menyebar sejauh dua kilometer dari tempat runtuhan. Penelitian baru ini dipresentasikan pada pertemuan American Geophysical Union di San Francisco pada minggu lalu.
Penelitian ini menggunakan alat
bathymetry multibeam echosounder dan melibatkan gabungan tim dari British Geological Survey, National Oceanography Centre dan beberapa universitas AS dan Inggris. Tim gabungan ini memetakan dasar laut dengan teknologi sonar.
Tsunami yang dihasilkan oleh tanah longsor yang sangat kecil dari gunung berapi aktif seperti Anak Krakatau berpotensi menghancurkan garis pantai dan komunitas mereka", kata David Tappin dari British Geological Survey kepada
AFP.
[Gambas:Video CNN]Gunung Anak Krakatau muncul di lokasi Gunung Krakatau yang legendaris. Gunung Krakatau hancur akibat letusannya yang dahsyat pada tahun 1883. Letusan Gunung Krakatau menewaskan sedikitnya 36 ribu orang.
Badan Geologi Kementerian ESDM menyebut volume longsoran Gunung Anak Krakatau yang memicu tsunami di Selat Sunda pada 22 Desember 2018 lalu mencapai 80 juta meter kubik atau 80 juta ton.
(jnp/dal)