Jakarta, CNN Indonesia -- Penyedia solusi percetakan Epson dalam survei terbaru menyatakan bahwa empat dari lima atau setara 78 persen Usaha Kecil dan Menengah (UKM) di Indonesia telah memulai perjalanan transformasi digital. Sentimen ini sesuai dengan yang ditunjukkan oleh UKM di negara-negara ASEAN (Association of Southeast Asian Nations) lainnya. Di seluruh wilayah, lebih dari setengah responden (55%) melaporkan berada pada tahap awal transformasi digital.
Survei itu dilakukan terhadap 864 pembuat keputusan UKM di enam negara ASEAN terbesar berdasarkan PDB mencakup 154 responden dari Indonesia. Survei mendapatkan perspektif responden tentang adopsi teknologi, tahap kematangan upaya transformasi digital, dan tantangan yang dihadapi bisnis ini dalam laporan berjudul "UKM Berupaya dalam Transformasi Digital di Tengah-tengah Rintangan".
Managing Director Epson Indonesia Ishii Hidemasa mengungkapkan survei menjelaskan langkah-langkah luar biasa yang diambil UKM Indonesia untuk menjamin masa depan bisnis mereka.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
"Temuan ini juga menjelaskan bahwa diperlukan dukungan industri yang lebih besar untuk menggambarkan hubungan antara investasi dalam teknologi sederhana dengan penciptaan bisnis digital berkelanjutan yang menghasilkan nilai yang dijanjikan dari transformasi digital," katanya.
Mendorong Interaksi dengan Pelanggan
Berdasarkan temuan survei, upaya digital di seluruh proses bisnis difokuskan pada operasi front office seperti pemasaran dan penjualan, serta interaksi dan layanan pelanggan. 72 persen UKM Indonesia yang menggunakan teknologi di front office menjadi yang tertinggi di kawasan ini. Interaksi dan layanan pelanggan juga mendapat skor tinggi sebesar 53 persen.
Selain itu, lebih dari setengah UKM Indonesia sebesar 56 persen melaporkan bahwa mereka dapat mengambil keputusan berdasarkan informasi yang tersedia secara real time dan melacak apa yang terjadi di seluruh bagian secara real time.
Survei juga menyimpulkan bahwa 50 persen produsen Indonesia melihat robot sebagai hal yang vital untuk pertumbuhan dan daya saing di masa depan. Mereka mengakui nilai eksplosif dari otomatisasi dan teknologi di bidang manufaktur. Namun, kurangnya pendidikan saat ini, dukungan pemerintah, ekosistem teknologi dan pendanaan dipandang sebagai masalah utama yang menghambat adopsi teknologi yang meluas di sektor manufaktur/produksi UKM.
Sementara untuk sektor ritel, makanan, minuman, dan perhotelan, UKM menilai bahwa transformasi digital dapat meningkatkan pengalaman pelanggan. Mereka memilih printer
point-of-sale (POS) yang dapat terhubung dengan sistem dan aplikasi
back-end seperti kontrol inventaris dan penyimpanan data, serta mampu berintegrasi dengan proses kerja lainnya.
Pertumbuhan sektor ritel negara ini, termasuk munculnya
e-commerce, menghadirkan kebutuhan yang semakin besar akan pencetakan dan pengemasan di antara para pengecer kecil spesialis yang sedang naik daun. Ini menyatakan kebutuhan dan peluang untuk solusi digital.
Hambatan dalam penyebarluasan teknologi
Meskipun minat untuk bergerak melampaui tahap awal perjalanan digital, hampir 73 persen peserta Indonesia menilai transformasi digital sebagai proses yang mahal. 46 persen peserta merasa organisasi mereka tidak memiliki keterampilan dan bakat yang diperlukan, hal yang sebenarnya merupakan pandangan yang lebih positif daripada yang lain di wilayah ini.
Hampir sembilan dari 10 yang disurvei, atau 87 persen - yang tertinggi di seluruh wilayah - memahami jika teknologi digital akan meningkatkan performa bisnis secara keseluruhan termasuk pengalaman pelanggan, dan tujuh dari sepuluh (72 persen) mengakui bahwa transformasi digital adalah satu-satunya cara untuk mempertahankan pertumbuhan di sektor mereka.
"UKM telah menunjukkan dalam survei ini bahwa mereka ingin mengadopsi teknologi baru untuk meningkatkan performa bisnis dalam lingkungan kompetitif saat ini," kata Ishii.
"Dengan produk-produk inovatif yang andal, dapat didaur ulang, dan hemat energi, Epson berupaya membantu perusahaan dalam perjalanan menuju peningkatan berkelanjutan ini," ujarnya.
Peran lingkungan dalam adopsi teknologi
Epson mengingatkan bahwa UKM Indonesia sensitif terhadap masalah lingkungan. Saat memilih solusi pencetakan, enam dari sepuluh (66 persen) peserta survei mempertimbangkan dampaknya terhadap lingkungan, dan 76 persen memperhatikan dampak dari panas dan partikel debu pada kesehatan staf mereka.
"Kami berkomitmen pada keberlanjutan dan menampilkan inovasi yang membantu pelanggan mengurangi dampak terhadap lingkungan, seperti solusi pencetakan bebas-panas, dan mendukung UKM dengan solusi yang memenuhi kebutuhan bisnis dan produktivitas mereka," kata Ishii Hidemasa menambahkan.
Ishii menyebut, membina transformasi digital saat ini membutuhkan lebih dari adopsi teknologi baru.
"Ini artinya menciptakan lingkungan di mana bisnis dapat memanfaatkan inovasi untuk memberikan perubahan yang berarti yang mendorong hasil bisnis yang positif. Dengan UKM di pusat ekonomi, maka perlu diberdayakan dengan alat yang tepat untuk mengatasi langkah selanjutnya guna menjadi bisnis yang berkelanjutan," ucap Ishii.
(rea)