Jakarta, CNN Indonesia -- Universitas Gadjah Mada (
UGM) menyatakan tengah mengembangkan alat sterilisasi agar
masker N95 bisa digunakan berulang kali di rumah sakit atau klinik kesehatan Tim peneliti UGM menggunakan gelombang sinar
ultraviolet C (UV-C).
Sterilisasi ini dilakukan dengan memaparkan sinar UV-C itu selama lima menit ke masker N95 yang telah digunakan. Idealnya, sterilisasi masker N95 ini hanya dilakukan tiga kali.
Salah satu anggota tim peneliti dari dari Fakultas Kedokteran, Kesehatan Masyarakat dan Keperawatan (FKKMK) UGM, Trisasi Lestari mengatakan pengembangan alat dilatarbelakangi atas sulitnya para tenaga medis dalam mendapatkan dan mahalnya masker N95 di pasaran.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Trisasi mengatakan Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) mengizinkan masker N95 digunakan berulang kali hingga kotor atau rusak.
"Harga masker N95 naiknya sangat luar biasa mahal di era Covid ini. Naik lebih dari 10 kali lipat harga normal. Padahal, sebelum Covid pun harga masker N95 memang sudah lebih mahal dibandingkan masker bedah karena fungsi filternya yang lebih baik," kata Trisasi, melansir situs resmi UGM, Senin (18/5).
Menurut Trisasi, hal lain yang mendorong mereka membuat alat UV-C ini lantaran beberapa produk yang digunakan, tidak memperhitungkan kekuatan lampu untuk sterilisasi.
"Banyak RS membuat alat sterilisasi masker N95 tetapi tanpa perhitungan kekuatan lampu UV-C atau lama paparan yang baik sehingga masker malah rusak. Kita pun terdorong membuat alat sterilisasi UV-C yang didesain khusus untuk masker N95," ujarnya.
Peneliti Fakultas Teknik UGM Eka Firmansyah mengatakan sterilisasi dengan memanfaatkan UV-C adalah salah satu metode yang biasa dilakukan untuk melakukan dekontaminasi bakteri atau virus.
"Paparan sinar UV dengan dosis yang tepat, tidak berlebihan dapat mengurangi risiko kerusakan filter masker N95 sehingga lebih aman untuk digunakan secara berulang," ujar Eka.
Pemilihan gelombang sinar ultraviolet UV-C, disebut Trisasi dilakukan dengan pertimbangan matang agar tidak merusak kualitas masker saat disterilisasi.
"Kita gunakan gelombang sinar UV-C dengan panjang gelombang antara 250-270nm, terbukti mampu merusak langsung DNA dan RNA bakteri atau virus sehingga efeknya mematikan bakteri dan virus itu sendiri," ujar Trisasi.
Lebih lanjut, proses pembuatan sterilisasi itu dimulai sejak awal April dan selesai dalam waktu satu bulan. Dia berkata alat steriliasi dibuat dalam dua ukuran yang mampu menampung 3 atau 9 masker sekaligus.
Trisasi menjelaskan proses sterilisasi masker dengan paparan sinar ultraviolet UV-C itu hanya memakan waktu selama kurang lebih lima menit untuk membunuh kuman dan virus yang menempel.
"Untuk
box yang kami buat ini dengan waktu sterilisasi 5 menit sudah terbukti tidak ada kuman yang tumbuh," ujarnya.
Trisasi menambahkan alat sterilisasi itu tidak hanya bisa diperuntukan pada masker saja. Tapi, bisa juga digunakan untuk sterilisasi alat medis lainnya seperti gunting, pisau bedah, dan kasa.
"Berapa lama efektif paparannya belum kami ukur. Tetapi asumsinya dengan lama paparan 5-10 menit sudah cukup mematikan," ujar Trisasi.
Rrencananya, alat itu akan distribusikan dulu ke beberapa puskesmas dan RS di Jogja, termasuk Lab Mikrobiologi FKKMK UGM tempat alat diuji coba. Alat itu juga akan terus dikembangkan agar bisa bisa diproduksi secara massal.
(jps/eks)
[Gambas:Video CNN]