Bio Farma Farma berencana memanfaatkan fasilitas produksi eks vaksin flu burung yang terletak di kawasan Kabupaten Bandung Barat, untuk kelanjutan penanganan Covid-19. Sampai saat ini, kawasan itu masih dalam proses penyerahan dari Kementerian Kesehatan kepada Bio Farma.
Pada Mei lalu, Bio Farma disebut telah memproduksi sendiri Real Time Polymerase Chain Reaction (RT-PCR) test kit yang diresmikan langsung oleh Presiden Joko Widodo dalam kegiatan Hari Kebangkitan Nasional. Sampai pada minggu ketiga bulan Juni 2020, 140 ribu kit sudah dikirimkan ke seluruh pelosok Indonesia.
RT-PCR tersebut merupakan salah satu dari lima skenario Bio Farma dalam penanggulangan Covid-19. Empat skenario lainnya adalah pengembangan vaksin Covid-19, dukungan terapi plasma konvalesen, pembuatan Virus Transport Media (VTM), serta pembuatan Mobile Laboratorium BSL3.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Direktur Utama Bio Farma Honesti Basyir menyebut, saat ini Bio Farma mampu memproduksi 50 ribu kit per minggu, dengan menggunakan fasilitas di kawasan Bio Farma. Menurutnya produktivitas dapat lebih ditingkatkan dengan memanfaatkan fasilitas produksi eks vaksin flu burung.
"Apabila fasilitas produksi eks produksi vaksin flu burung dapat difungsikan, Bio Farma diharapkan akan mampu secara rutin memproduksi RT PCR sesuai dengan kebutuhan nasional, yaitu sebanyak 20 ribu kit per hari atau 700 ribu kit perbulan," ujar Honesti dalam acara kunjungan kerja Menteri Kordinator Bidang Pembangunan Manusia dan Kebudayaan (Menko PMK) Muhadjir Efendy dan Menteri Kesehatan Terawan Agus Putrantodi di Bio Farma, Sabtu (20/6).
Terawan Agus Putranto lantas menekankan bahwa fasilitas produksi RT-PCR ataupun vaksin untuk penanganan Covid-19 perlu dipercepat. Ia menyatakan mendukung Bio Farma dalam upaya tersebut. Demikian juga dengan Muhadjir Efendy yang menyampaikan apresiasi terhadap Bio Farma yang sudah memproduksi sendiri RT-PCR.
"Kami dari Kemenkes berharap Bio Farma mampu untuk memproduksi RT - PCR hingga 700 ribu kit perbulannya dengan memanfaatkan fasilitas yang ada di Bio Farma, yang saat ini masih berada di bawah Kementerian Kesehatan. Kami siap membantu Bio Farma untuk melakukan upaya percepatan pengalihan fasilitas produksi vaksin flu burung dari Kementerian Kesehatan ke Bio Farma," kata Terawan.
"Peningkatan kapasitas produksi untuk RT-PCR tersebut memang diperlukan mengingat kebutuhan dalam negeri yang besar juga. Kami mengapresiasi kemampuan Bio Farma yang sudah mampu memproduksi sendiri RT-PCR. Untuk penambahan fasilitas produksi, bisa memanfaatkan fasilitas-fasilitas yang ada sekarang, maupun memanfaatkan di tempat lain seperti di Balitbangkes," ungkap Muhadjir Efendy.
RT PCR sendiri merupakan kolaborasi antara Bio Farma dengan star-up Nusatics di bawah koordinasi BPPT/Ristek-BRIN dalam gerakan Indonesia Pasti Bisa. Bio Farma dengan kompetensi di bidang bioteknologi dipercaya tidak hanya untuk memproduksi, namun juga untuk validasi, registrasi, dan distribusi RT-PCR ke seluruh Indonesia.
(rea)