Matahari di Atas Ka'bah 15 Juli, Saatnya Koreksi Arah Kiblat

CNN Indonesia
Selasa, 14 Jul 2020 13:58 WIB
Tongkat dan alat braille text milik penyandang tuna netra ketika mengikuti pelatihan membaca Al-quran Braille di Yayasan Raudlatul Makfufin, Tanggerang Selatan, Banten. CNN Indonesia/Adhi Wicaksono.




Tiga lembar sajadah panjang mengelilingi ruangan mushala, menhadap ketiga sisi ruang mengelilingi karpet hijau yang tersedia ditengah-tengah untuk alas sholat. Sepintas saya berpikir mushala ini dikhususkan bagi penyandang tunanetra, karena saat mereka kehilangan orientasi akan arah dan tak ada sesorangpun yang dapat membantu menunjukannya, maka kemanapun arah ia bersujud disitulah Kiblat berada. 


Tapi tidak begitu keadaan yang sesunggunya, mereka yang berkekurangan tetap harus menjalani ibadah seusai dengan fiqih islam yang benar, dengan segala kemampuan dan keterbatasan mereka tentunya (tetapi bukankah manusia makhluk sempurna yang dibekali akal dan pikiran, jadi keterbatasan bukanlah sebuah alasan untuk berhalangan bukan?). 


Berawal dari keinginan beribadah itulah, sebuah yayasan ketunanetraan yang berjarak kurang lebih 40 KM dari pusat kota Jakarta menyelenggarakan pelatihan membaca Al-Quran Braille. Karena ajaran Islam yang utama bersumber dari Al-Quran dan hadist, maka membacanya adalah sebuah keharusan untuk mengetahui perintah Allah.


Lebih dari 20 orang mengikuti pelatihan tersebut, mulai dari pengenalan huruf hijaiyah braille hingga tajwid dalam membaca. Tak beda jauh dengan kita yang beruntung memiliki pengelihatan, mempelajari Al-Quran Braille juga sama sulitnya dan dipenghujung hari ada yang berhasil menguasainya dan ada juga yang kurang berhasil.. Bagi mereka yang tidak dapat melihat sejak lahir mempelajari braille terlihat lebih mudah, karena tubuh mereka telah mempertajam insting yang ada, dalam hal ini kepekaan dalam meraba tentunya. Tetapi hal tersebut tidak terjadi pada Ahmad Rohyani yang sebelumya memiliki pengelihtan normal, ia harus beradaptasi dan merubah konsep bentuk huruf abjad dengan bentuk huruf braille yang kini ia temui sehari-
hari.
Umat muslim di Indonesia diminta untuk mengecek kembali arah kiblat ke Ka'bah pada 14-16 Juli 2020 pukul 16.27 WIB atau pukul 17.27 WITA atau pukul 18.27 WIT. (Foto: Adhi Wicaksono)
Jakarta, CNN Indonesia --

Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) menyampaikan Matahari akan berada di atas Ka'bah pada 14-16 Juli 2020.

Momen ini tepat untuk mengkoreksi arah kiblat umat muslim di dunia. Menurut BMKG umat muslim di Indonesia diminta untuk mengecek kembali arah kiblat pada 14-16 Juli 2020 pukul 12.27 Waktu Arab Saudi atau pukul 16.27 WIB atau pukul 17.27 WITA atau pukul 18.27 WIT.

"Waktu toleransinya adalah pada tanggal 14-16 Juli," kutip BMKG dalam keterangan tertulis, Selasa (14/7).

ADVERTISEMENT

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Dijelaskan Sub Bidang Gravitasi dan Tanda Waktu BMKG menyebut fenomena itu terjadi akibat gerak semu Matahari.

"Akibat gerak semu ini, pada tanggal tertentu Matahari akan tepat berada di atas suatu bangunan atau kota," tulis BMKG.

BMKG menjelaskan Matahari akan bergerak semu dari posisi 23,5 derajat LS ke 23,5 derajat LU dan sebaliknya dalam setahun. BMKG menyebut peristiwa itu membuat Matahari berada di atas wilayah yang berada di antara 23,5 derajat LS ke 23,5 derajat LU.

Lebih lanjut, BMKG menjelaskan kenapa Matahari bisa berada tepat di atas Ka'bah, yang merupakan arah pusat kiblat bagi umat Islam. BMKG berkata karena posisi Ka'bah berada di 21 derajat 25' 21" LU dan 39 derajat 49' 34" Bujur Timur.

"Dalam setahun Matahari akan tepat berada di atas Ka'bah sebanyak dua kali," kata BMKG.

Perubahan arah kiblat pertama tahun ini dilakukan pada 27 Mei pukul 12.18 Waktu Arab Saudi atau pukul 16.18 WIB atau pukul 17.18 WITA atau pukul 18.18 WIT

"Waktu toleransinya adalah pada tanggal 26-28 Mei," tutup BMKG.

(mik)


[Gambas:Video CNN]
LAINNYA DI DETIKNETWORK
LIVE REPORT
TERPOPULER