China National Space Administration (CNSA) adalah lembaga antariksa yang didirikan oleh pemerintah China pada 1993, yang bertujuan untuk mengelola aktivitas nasional di luar angkasa. Kemajuan CNSA sangat pesat hingga misi ambisius mereka membangun stasiun luar angkasa sendiri saingi ISS.
Hari ini, Selasa (5/1) publik dihebohkan dengan temuan Lembaga Penerbangan dan Antariksa Nasional (LAPAN) yang menyatakan roket Chang Zheng (Long March) milik CNSA China jatuh di Teluk Kramat, Kalimantan Tengah. Roket itu digunakan untuk peluncuran satelit navigasi Beidou 3-IGSO-3 pada 4 November 2019.
Objek bertuliskan CNSA di Kalimantan menurut analisis orbit sampah antariksa adalah bagian roket CZ-3B (Long March -3B) dengan nomor catalog 44710.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Melansir britannica, berbeda dengan lembaga antariksa lain di seluruh dunia, organisasi ini tidak terlibat dengan Stasiun Luar Angkasa Internasional, namun memiliki stasiun ruang angkasa kecil sendiri.
CNSA memiliki kantor pusat di Beijing, China dan memiliki 3 fasilitas peluncuran pesawat uang angkasa, yaitu di Jiuquan Provinsi Gansu, Taiyuan di Provonsi Shanxi, dan Xichang di provinsi Sichuan.
Program luar angkasa China sebagian besar dikembangkan dengan cara yang dirahasiakan, di bawah kendali militer China dan Komisi Sains, Teknologi, dan Industri untuk Pertahanan Nasional.
Meskipun CNSA memiliki situs resmi sendiri, tidak banyak informasi terbuka yang dapat diketahui Internasional. Berita terkait CNSA hanyalah diberikan oleh media setempat, yang dikendalikan negara.
Pendirian organisasi luar angkasa dimulai pada tahun 1949. Insinyur asal Tiongkok Qian Xueen diambil kembali oleh China, usai membantu mendirikan laboratorium propulsi jet di Pasadena, California, Amerika Serikat.
Kemudian ia menjadi pemandu dalam pengembangan misil Tiongkok, dan kendaraan peluncur. Pada tahun 1956, Qian diangkat sebagai direktur pertama Akademi Riset Kelima Kementerian Pertahanan Nasional China, yang didirikan untuk mengembangkan rudal balistik.
Setelah itu ia kemudian bertanggung jawab atas penelitian pertama dalam program luar angkasa China.
Lihat juga:Jejak Investasi Jack Ma di Startup Indonesia |
Melansir Space, pada 1993 Kementerian Industri Luar Angkasa dipecah menjadi Perusahaan Dirgantara Cina independen, yang mengawasi sebagian besar produsen peralatan luar angkasa Cina, dan CNSA.
Awal memulai program misi luar angkasa pada tahun 1992. namun pesawat ruang angkasa yang dinamai Shenzhou yang dikembangkan sebagai prototipe untuk desain pesawat luar angkasa Rusia, Soyuz.
Setelah empat tahun uji pesawat ruang angkasa tidak berawak, CNSA meluncurkan pesawatnya dengan membawa Taikonaut atau astronaut pertamanya Yang Liwei pada 15 Oktober 2003 dengan pesawat Shenzhou 5.
Taikonaut sendiri berasal dari kata Mandarin tàikōng yang artinya orang ke luar angkasa. Melalui peluncuran itu China menjadi negara ketiga setelah Uni Soviet dan Amerika Serikat melakukan misi penerbangan luar negeri dengan membawa manusia.
Pada 2013 tiga orang awak pesawat Shenzhou 9 melakukan pendaratan Tiongkok pertama di luar angkasa, menempel pada stasiun ruang angkasa satu kamar, Tiangong 1.
CNSA juga akan memulai pembangunan stasiun luar angkasa pada 2021. Tidak seperti stasiun luar angkasa China sebelumnya, yang membutuhkan air yang diluncurkan dari Bumi, air di stasiun luar angkasa baru akan diambil dari uap air yang dikeluarkan astronaut dan dari urine yang didaur ulang dan dimurnikan.
Stasiun luar angkasa ini juga akan membawa mesin yang dapat menghasilkan oksigen tambahan.
Lihat juga:7 Pencapaian China di Bidang Sains |
Misi Chang'e-5 CNSA yang mengirimkan pesawat luar angkasa tak berawak untuk memungut 2 kilogram batuan dan debu di Bulan berhasil dan kembali mendarat di bumi pada akhir 2020 lalu.
China menjadi negara ketiga yang mengambil sampel dari Bulan setelah Amerika Serikat dan Uni Soviet pada 1960-an dan 1970-an.
Robot penjelajah (rover) Yutu dan misi Chang'e 4 milik CNSA kembali terbangun untuk ketiga kalinya pada 3 Maret 2018 lalu. Mereka ditidurkan ketika sisi terjauh Bulan ada di situasi malam. Satu malam di bulan sama dengan 14 hari waktu Bumi. Pasalnya total siang-malam di Bulan sama dengan 29,5 hari di Bumi.
CNSA menyebut robot rover itu bekerja normal setelah berdiam cukup lama di dinginnya malam di bulan yang bisa mencapai minus 180 derajat.
Mereka kembali bekerja untuk menjepret penampakan di sisi terjauh Bulan. Robot penjelajah dalam misi Chang'e 4, Yutu 2 menjepret foto lanskap yang menunjukkan medan tempat robot penjelajah tersebut berada.
Satelit Navigasi BeiDou (BeiDou Navigation Satellite System/BDS) China sendiri berencana menyediakan layanan untuk Asosiasi Negara-Negara Asia Tenggara (ASEAN) termasuk Indonesia mulai tahun 2021.