Ahli keamanan siber menyoroti fitur baru pada aplikasi pesan Telegram yang memungkinkan pengguna mengimpor riwayat perpesanan (chat history) WhatsApp. Pengguna yang memanfaatkannya diimbau menyadari risiko jejak chat history itu bakal disimpan di cloud Telegram.
Telegram membuat fitur 'export chat' untuk memudahkan pengguna mentransfer percakapan lamanya di WhatsApp. Fitur ini dirasa bisa memicu semakin banyak pengguna beralih ke Telegram setelah kebijakan privasi baru WhatsApp dinilai mengkhawatirkan oleh banyak pihak.
Dikutip dari artikel yang dibuat Zak Doffman untuk Forbes, Senin (1/2), chat history WhatsApp yang dipindahkan, termasuk pesan dan data, bakal disimpan di cloud Telegram. Terdapat risiko keamanan pada sistem ini sebab pada bagian tertentu tidak dilindungi enkripsi.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Sistem penyimpanan di cloud membuat pengguna Telegram bisa mengakses pesan atau data menggunakan perangkat apa saja dan di mana saja. Keuntungan sistem ini yakni bila perangkat itu hilang, pesan tetap tersimpan.
Namun ini juga berarti pesan dalam cloud Telegram tidak dienkripsi end-to-end. Hal ini dikatakan berbeda dengan WhatsApp dan Signal yang menawarkan keamanan enkripsi end-to-end.
Telegram disebut menerapkan enkripsi pada pesan antara perangkat dan cloud dan antara cloud dengan penerima pesan, namun Telegram dijelaskan memiliki kunci untuk enkripsi ini.
Peraturan yang menjaga enkripsi itu tersedia, namun tidak seketat enkripsi end-to-end WhatsApp dan Signal di mana pemberi dan penerima pesan bisa melihat konten namun penyedia aplikasi tidak.
Risiko keamanan enkripsi end-to-end dijelaskan berada di perangkat. Pesan terenkripsi tidak bisa diinterupsi saat proses transfer, namun saat sampai di perangkat akan diterjemahkan agar bisa diakses pengguna.
Sistem ini membuat pesan bisa diterobos melalui fisik atau digital pada perangkat.
Risiko keamanan itu disebut juga sama pada basis cloud. Misalnya jika pengguna menyimpan pesan WhatsApp ke cloud Google, maka pesan itu adalah versi copy enkripsi yang sudah diterjemahkan. Google punya kode enkripsi itu di luar sistem enkripsi end-to-end yang diterapkan WhatsApp.
Pendiri Telegram Pavel Durov disebut pernah mengatakan, "WhatsApp berbahaya ... Pengguna tidak mau kehilangan pesan mereka waktu mengganti perangkat, jadi mereka menggunakan layanan cadangan pesan iCloud yang sering kali tanpa menyadari pesan cadangan itu tidak dienkripsi".
Durov bilang risiko itu yang membuat Telegram tidak pernah mengandalkan cloud yang dikelola pihak ketiga.
Lihat juga:Bos Apple Sindir Facebook soal Data Pribadi |
Namun artikel Forbes menjelaskan fitur baru Telegram yang membuat pengguna bisa memindahkan chat history dari WhatsApp ke Telegram justru kontradiksi dari pernyataan Durov.
Pengguna disarankan tidak memindahkan chat history ke penyedia cloud, termasuk Telegram, tanpa memahami risiko keamanannya.
Selain itu masih ada isu keamanan lain yang dibahas, yaitu kemungkinan informasi pengguna WhatsApp bisa masuk ke cloud Telegram walau tidak pernah memberikannya. Hal ini bakal terjadi jika penerima pesan WhatsApp Anda menggunakan fitur 'export chat' ke Telegram.
Risiko hal ini bukan hanya pada individu tetapi juga meliputi data-data perusahaan misalnya pada karyawan yang aktif menggunakan WhatsApp.
Solusi yang diberikan yaitu jangan memindahkan chat history WhatsApp ke Telegram tanpa memahami risiko keamanannya. Pengguna disarankan memakai kedua aplikasi bersamaan, sambil menentukan mana yang terbaik.
(can/fea)