Dirjen Penyelenggaraan Pos & Informatika (PPI) Kementerian Komunikasi dan Informatika, Ahmad M Ramli mengatakan masyarakat di Indonesia terlalu lama tersandera dalam siaran televisi analog. Hal ini disebut karena sejumlah negara di dunia sudah beralih ke TV digital dari TV analog.
"Jadi kita ini sudah terlalu lama tersandera pada TV analog. Karena negara di dunia sudah bergerak ke digital," kata Ramli saat diskusi virtual Kominfo, Rabu (10/3).
Ramli menjelaskan siaran televisi semestinya sudah beralih ke digital sejak 10 tahun silam. Sebab menurutnya, penggunaan TV digital menawarkan banyak keuntungan baik lembaga penyedia, penyiaran serta dari masyarakat, yang di antaranya yakni memiliki fitur dan kualitas gambar yang lebih jernih.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Peralihan siaran digital diharapkan mulai November 2022. Pemerintah telah memiliki regulasi dan menyiapkan rencana seleksi penyelenggaraan multipleksing. Regulasi itu tertuang pada Undang-Undang (UU) Nomor 11 Tahun 2020 tentang Cipta Kerja yang merevisi UU Nomor 32 Tahun 2002 tentang Penyiaran.
Ramli meminta masyarakat untuk mengecek setiap perangkat televisi agar dapat mendukung program Analog Switch Off (ASO). Hal ini untuk memastikan apakah perangkat yang dimiliki sudah siap menerima siaran TV digital.
"Saya ingin mengajak masyarakat untuk mengecek, sudah digital ready atau belum. Ada dua pilihannya. kalau punya bajet ya tukar tv nya ke digital. Kalau tidak punya bajet gunakan Set Top Box (STB)," ujarnya.
STB merupakan perangkat penerima saluran televisi digital yang dapat dihubungkan ke pesawat televisi analog. Kata dia, perangkat ini dapat dibeli terpisah dengan kisaran harga Rp150 ribu hingga Rp250 ribu di pasaran.
Pemerintah dikabarkan menyiapkan STB gratis untuk sejumlah masyarakat agar dapat menyaksikan siaran digital setelah ASO nanti.
"Terkait tentang STB ini menjadi tanggung jawab kita semua, kalau itu kurang maka APBN akan mengintervensi," ujarnya.
Ramli menjelaskan beberapa keuntungan yang dapat dirasakan ketika sudah beralih ke TV digital Salah satunya kecepatan internet yang bertambah.
Hal ini disebut karena karena frekuensi yang nantinya diperuntukan sinyal 5G dapat mengisi kekosongan frekuensi yang kini masih digunakan oleh siaran TV analog.
"Frekuensi 700 ini habis oleh siaran tv. akan ada digital dividen selebar 112 mhz yang bisa kita gunakan untuk kepentingan layanan internet 5G. untuk 5G ini minimal lebarnya untuk 100 MHZ," ungkapnya.
Dengan adanya slot untuk frekuensi jaringan 5G, Ia mengklaim dapat mendorong 1,2 persen pertumbuhan ekonomi. Hal ini dapat dirasakan seperti peralihan sinyal 3G ke 4G yang menghasilkan mata pencaharian baru bagi masyarakat.
"Karena kita masuk 4G kita bisa menyaksikan sekarang banyak orang yang tidak punya pekerjaan, jadi punya pekerjaan minimal jadi driver ojek online. Kalau kita masih 2G dan 3G engga mungkin menunjang teknologi itu," ucap.
Namun Ramli tidak menjelaskan detail keuntungan ekonomi seperti apa yang akan dirasakan masyarakat, setelah dilakukannya migrasi penyiaran dan adanya sinyal 5G tersebut.
![]() |