Roket China Juga Pernah Jatuh di Afrika Tahun 2020
Roket Long March 5B milik China yang dilaporkan jatuh di Samudera Hindia, Minggu (9/5), dilaporkan juga pernah jatuh di Pantai Gading, Afrika hingga menimpa dua desa.
Insiden itu terjadi pada 5 Mei 2020 dan mengakibatkan sejumlah bangunan di dua desa mengalami kerusakan. Meski demikian, tidak ada korban jiwa dalam insiden jatuhnya kepingan roket Long March 5B buatan lembaga antariksa China (CNSA) kala itu.
Roket pertama Long March 5B itu diluncurkan dari Pusat Peluncuran Luar Angkasa Wenchang di provinsi Hainan di China Selatan. Di atas roket itu terdapat kapsul kapal yang dirancang untuk membawa manusia ke luar angkasa.
Pesawat luar angkasa yang tidak berawak itu naik ke orbitnya hingga sekitar 8.000 kilometer, sebelum akhirnya mendarat kembali ke Bumi.
Roket ini diklaim mirip dengan Exploration Flight Test-1 (EFT-1) NASA dari pesawat ruang angkasa Orion yang diluncurkan pada tahun 2014.
Namun tak lama setelah peluncuran diketahui bahwa tahap inti roket berberat hampir 18 ton dilaporkan akan masuk kembali ke atmosfer dan tidak terkendali.
Awalnya dilaporkan kepingan roket itu akan kembali masuk ke atmosfer dengan ukuran lebih dari 21 meter. Namun kepingan itu terbelah menjadi dua di atmosfer dan tampak seperti pipa sepanjang 12 meter yang dilaporkan berasal dari roket milik China.
Berdasarkan laporan media lokal, pipa itu jatuh di pabrik pembuat keju di desa Mahounou di wilayah Bocanda. Laporan lain mengatakan bahwa sebuah rumah di sebuah desa bernama N'guinou juga telah rusak akibat puing-puing roket yang berjatuhan.
Sebuah stasiun infrasonik di Pantai Gading juga sempat merekam suara detik-detik puing roket bergerak dengan kecepatan supersonik melalui atmosfer dan menghantam permukaan Bumi, yang berjarak sekitar 60 kilometer dari stasiun itu.
Mengutip Forbes, dari insiden tersebut secara teknis dan di bawah hukum internasional China harus bertanggung jawab atas segala kerusakan yang ditimbulkan dari sampah antariksa miliknya.