Jakarta, CNN Indonesia --
Efek dari fenomena Badai Matahari bisa menyebabkan gangguan GPS, sinyal handphone (hp), hingga meledakkan trafo listrik.
Sebelumnya, dilaporkan sempat terjadi Badai Matahari yang sampai ke Bumi dengan kecepatan jutaan kilometer per jam pada 11 dan 12 Juli lalu.
Badai yang menghempas Bumi dengan kecepatan jutaan kilometer per jam ini bisa menimbulkan badai geomagnetik di atmosfer Bumi.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Badai ini disebabkan oleh gangguan di Matahari yang mengirim partikel bermuatan ke luar angkasa. Ketika partikel-partikel itu menyerang magnetosfer Bumi, sehingga disebut menyebabkan badai.
Imbas dari badai Matahari ini bisa memicu gangguan pada perangkat elektronik akibat badai geomagnetik.
Selain infrastruktur komunikasi di Bumi, satelit di atmosfer atas juga dapat terpengaruh oleh semburan Matahari. Hal itu disebut dapat menyebabkan gangguan pada sinyal ponsel, TV satelit dan navigasi GPS.
Selain itu para ahli juga mengatakan bahwa beberapa tempat mungkin melihat trafo yang meledak jika arus di saluran listrik tinggi.
Peristiwa cuaca luar angkasa ini diketahui mengganggu operasi satelit, memengaruhi komunikasi radio, dan bahkan menyebabkan pemadaman listrik.
Dalam beberapa kasus, angin solar dapat meningkatkan gaya gesek satelit dan menurunkan orbitnya sehingga cukup rendah untuk ditarik oleh gravitasi dan jatuh ke Bumi.
Angin matahari juga bisa sangat berbahaya bagi astronot yang tidak sepenuhnya terlindung oleh atmosfer pelindung kita.
Partikel bermuatan yang mengalir ke Bumi itu meningkatkan risiko radiasi dan dapat merusak pesawat ruang angkasa mereka.
Nicky Fox, dari NASA's Director of the Heliophysics Science Division, mengatakan gangguan itu terjadi akibat pukulan Badai Matahari ke medan magnetik Bumi. Hal ini menyebabkan kejutan pada perlindungan magnet kami, yang dapat mengakibatkan turbulensi.
Di sisi lain, Badai Matahari juga menyajikan pemandangan aurora indah pada malam hari bagi mereka yang tinggal di garis lintang utara atau selatan Bumi.
Aurora akan tampak berwarna-warni di wilayah dekat Kutub Utara atau Selatan. Fenomena ini dikenal sebagai Aurora Borealis di utara dan Aurora Australis di selatan.
Sandra Chapman, dari Center for Fusion, Space and Astrophysics, Universitas Warwick menyebut badai magnet 'parah' terjadi dalam 42 kali dari 150 tahun terakhir.
Sedangkan badai super 'hebat' yang lebih kuat terjadi dalam 6 kali dari 150, atau sekitar setiap 25 tahun. Biasanya badai itu hanya berlangsung beberapa hari.
1859
Badai geomagnetik paling terkenal adalah Peristiwa Carrington tahun 1859. Peristiwa Carrington merupakan badai geomagnetik paling kuat yang pernah tercatat.
Badai itu melumpuhkan beberapa sistem telegraf di berbagai belahan dunia lantaran kabel-kabel ini terpanggang, memicu kebakaran, dan bahkan mengejutkan beberapa operator telegraf.
Lebih dari itu, telah dihitung bahwa badai Matahari sekuat Peristiwa Carrington, jika terjadi hari ini akan menyebabkan kerugian miliaran, bahkan mungkin triliunan dolar.
Peristiwa Carrington bukan bagian dari penelitian, karena data yang dilihat para peneliti tidak sejauh itu.
Analisis mereka menunjukkan bahwa badai super sekuat Peristiwa Carrington mungkin lebih umum daripada yang diperkirakan, dan bahwa mereka dapat terjadi kapan saja, dengan sedikit peringatan.
Di luar angkasa, beberapa satelit tak terkendali selama beberapa jam. Satelit komunikasi TDRS-1 NASA mencatat lebih dari 250 anomali saat partikel berenergi tinggi menyerang elektronik sensitif satelit.
Space Shuttle Discovery pun mengalami masalah misterius. Sebuah sensor di salah satu tangki yang memasok hidrogen ke sel bahan bakar menunjukkan pembacaan tekanan tinggi yang luar biasa pada 13 Maret. Namun, masalah itu hilang setelah Badai Matahari mereda, seperti dikutip laman NASA.
1989
Sedangkan badai Matahari pada 13 Maret 1989 di Quebec, Kanda dilaporkan mengganggu sistem distribusi listrik, dan menciptakan aurora kuat yang terlihat hingga di selatan negara bagian Texas.
Warga di Texas terjebak mati listrik selama 12 jam. Banyak dari pegawai yang terjebak di gedung kantor yang gelap, elevator yang macet, dan terowongan bawah tanah yang pengap. Pemadaman listirk ini juga menyebabkan sekolah dan kantor ditutup, hingga menutup Bandara Dorval.
Pada hari Jumat 10 Maret 1989 para astronom menyaksikan ledakan dahsyat di Matahari. Dalam beberapa menit, gaya magnet yang kusut di permukaan Matahari telah melepaskan awan gas sebanyak satu miliar ton.
Mengutip Science Alert, energi ini sama seperti energi ribuan bom nuklir yang meledak pada saat yang bersamaan. Lantas, awan badai langsung keluar dari Matahari menuju Bumi dengan kecepatan satu juta mil per jam.
Suar matahari yang mengiringi ledakan tersebut segera menyebabkan interferensi radio gelombang pendek, termasuk gangguan sinyal radio dari Eropa ke Rusia.
2012
Pada 2012, Matahari melepaskan ledakan kuat dari lontaran massa koronal yang sangat besar dan kuat. Beruntung bagi Manusia, Bumi sedang tidak berada di jalurnya. Sebab, jika posisi keduanya berdekatan, peristiwa ini akan menjadi badai super yang menghantam Bumi.
1528
Peristiwa Badai Matahari yang kuat juga diperkirakan sempat menyapa Bumi pada 1528. Hal ini tercatat dalam tulisan penulis Portugis abad ke-16 asal Lisbon, Pero Ruiz Soares. Namun, saat itu ia tak menyadari hubungan Badai Matahari dengan kemunculan aurora.
Pada 1582 ia menulis,
"Tampak api besar di langit utara dan berlangsung selama tiga hari. Seluruh langit tampak seperti dijilat lidah api; seluruh langit tampak terbakar. Tidak ada yang ingat pernah melihat hal ini sebelumnya...Pada waktu malam, jilatan api yang sama muncul di atas kastil yang tampak mengerikan dan menakutkan. Hari berikutnya, muncul jilatan api yang sama di waktu yang sama, tapi tak sebesar kemarin. Banyak orang pergi ke pinggiran kota untuk menyaksikan tanda ajaib ini."
Para peneliti hari ini berupaya mengungkap peristiwa di masa lalu, serupa catatan badai matahari tahun 1582.
Melansir Earth Sky, hal ini diperlukan untuk menyelidiki pola perulangan badai kuat di matahari ini. Sehingga, mereka bisa memprediksi kapan Badai Matahari masif itu kembali terjadi di masa depan.
Saat ini mereka memperkirakan Badai Matahari super terjadi sekali dalam satu abad. Sehingga, mereka mesti memperkirakan satu atau lebih badai Matahari super yang akan menghantam Bumi pada abad ke-21. Sementara perulangan badai matahari besar yang terjadi setiap 25 tahun diperkirakan akan menghampiri Bumi pada 2025.