Fenomena ratusan burung mati mendadak seperti yang terjadi di Indonesia, tepatnya di kota Cirebon, pada hari ini, Selasa (14/9), juga pernah terjadi di negara lain.
Fenomena burung mati dalam jumlah banyak tersebut dilaporkan terjadi di wilayah New Mexico, Colorado, Texas, Arizona, hingga Nebraska pada bulan September 2020 lalu.
Beberapa spesies yang tercatat mengalami mati massal mendadak adalah burung tledekan, burung walet, dan burung warbler.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Pakar dari Departemen Biologi Universitas New Mexico (NMSU), Prof. Martha Desmond, mengatakan jumlah burung-burung yang mati tersebut mungkin sudah mencapai angka ratusan ribu.
"Saya mengumpulkan lebih dari satu lusin dalam jarak 2 mil dari rumah saya," ucap Desmond.
"Untuk melihat dan mengambil bangkai-bangkai ini, lalu menyadari seberapa menyebar hal ini sungguh membuat sedih. Untuk melihat begitu banyak ekor dan spesies mati adalah sebuah tragedi nasional," ujar Desmond.
Seperti dilansir CNN, misteri soal burung mati ini dimulai pada 20 Agustus lalu. Saat itu sejumlah burung ditemukan mati di Pusat Pengujian Rudal Angkatan Darat Amerika Serikat di White Sands dan Monumen Nasional White Sands.
Hal yang mulanya dianggap peristiwa terisolasi berubah menjadi masalah yang serius ketika ditemukan peristiwa serupa di wilayah lain.
Desmond dan timnya bekerja sama dengan ahli biologi dari Pusat Pengujian Rudal White Sands untuk mengidentifikasi, membuat daftar, dan memeriksa 300 burung yang mati untuk mengetahui lebih lanjut tentang penyebab sebenarnya dari fenomena kematian massal ini.
Beberapa peneliti dan penduduk setempat sempat melihat hal yang janggal pada burung-burung tersebut sebelum kematiannya. Mereka melaporkan soal burung yang biasanya terlihat di semak belukar atau pohon mulai berkeliaran di tanah mencari makanan dan mengejar serangga.
Beberapa di antaranya nampak lesu, mudah didekati, tidak responsif, dan berkumpul secara grup.
Menurut laporan The Guardian, kematian unggas terbang secara massal selama migrasi adalah fenomena yang jarang terjadi. Catatan menunjukkan fenomena tersebut biasanya terasosiasi dengan cuaca ekstrem seperti turunnya suhu, badai salju, atau badai es.
Peristiwa besar terakhir yang tercatat adalah sebuah badai salju di Minnesota dan Iowa pada Maret 1904 yang membunuh 1,5 juta burung.
Direktur Komunikasi dari Departemen Permainan dan Ikan di New Mexico, Tristana Bickford, mengatakan penyebab dari fenomena ini kemungkinan adalah krisis iklim yang mempengaruhi migrasi burung-burung tersebut.
Krisis iklim yang mengubah lanskap tundra mempengaruhi tempat berkembang biak burung-burung. Kerusakan hutan hujan di kawasan tengah dan selatan Amerika merusak habitat mereka di musim dingin.
Selain itu kebakaran hutan yang terjadi di beberapa negara bagian di wilayah barat Amerika mengubah jalur migrasi para burung tersebut. Jalur migrasi yang mulanya berada di kawasan pesisir yang kaya akan makanan berubah menjadi kawasan gurun Chihuahua yang minim sumber air dan makanan.
Situasi itu menjadikan burung-burung ini mati kelaparan.
"Mereka benar-benar hanya bulu dan tulang," ujar Allison Salas, seorang mahasiswa master di NMSU yang telah mengumpulkan bangkai burung yang mati mendadak selama beberapa waktu.
Sejak 1970, tiga juta burung ditemukan mati mendadak di wilayah Amerika Serikat dan Kanada. Fenomena burung mati dalam jumlah besar seperti ini bisa mempengaruhi populasi burung-burung dari burung yang biasa hingga spesies-spesies yang terancam punah.
(lnn/ayp)