Pesawat kargo berjenis Twin Otter 300 milik maskapai Rimbun Air yang dikabarkan hilang kontak di Bandara Sugapa, Papua Rabu (15/9) pagi merupakan pesawat pabrikan perusahaan dirgantara Kanada, Bombardier.
Pesawat dengan nomor lambung PK OTW itu diketahui terbang membawa material bangunan dan sembako dari bandara Nabire menuju Kabupaten Intan Jaya.
Pukul 07.37 WIT Airnav Sugapa melakukan komunikasi terakhir dengan pilot sebelum hilang kontak. Namun, hingga pukul 09.31 WIT, belum ada kontak dari pesawat Rimbun Air PK-OTW
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Tim gabungan TNI-Polri melaporkan telah menemukan pesawat itu 3,5 Km dari Bandara Bilorai, Sugapa. Pesawat ditemukan berada di tengah hutan yang berada di lereng gunung.
Berikut beberapa fakta dan spesifikasi dari pesawat Twin Otter 300 tersebut.
Twin Otter 300 merupakan jenis pesawat yang dibangung untuk mengangkut penumpang sipil degan sayap high wing, yang dikembangkan di Kanada. Awalnya pesawat itu dikembangkan oleh de Havilland Canada pada tahun 1965 hingga 1988.
Pengembangan pesawat berjenis mesin turboprop itu dimulai pada tahun 1964 yang awalnya mengembangkan seri 100, lalu dikembangkan dengan peningkatan performa pada seri 200 serta ditambah hidung pesawat yang lebih panjang.
Pada tahun 1969 perusahaan mengembangkan seri Twin Otter 300, dan terdapat peningkatan performa pesawat menggunakan mesin PT6A-27. Belakangan Bombardier selaku pemilik lisensi pesawat itu terus memperbarui Twin Otter hingga series 400.
Dikutip Flightglobal, pesawat Twin Otter 300 dapat membawa hingga 19 penumpang dan 2 crew. Pesawat itu disebut menjadi pesawat penumpang komuter yang sukses serta pesawat kaergo dan evakuasi medis.
Selain itu pesawat Twin Otter populer digunakan untuk operasi terjun payung komersial, serta digunakan oleh Tim Parasut Angkatan Darat Amerika Serikat dan Skuadron Pelatihan Terbang ke-98 Angkatan Udara Amerika Serikat.
Dapat mendarat di air dan salju
Perangkat pendaratan Twin Otter 300 yang berbentuk roda diketahui dapat diganti menggunakan pelampung atau ski. Sehingga pesawat dapat mendarat di bidang air maupun salju.
Sedangkan di Indonesia sendiri pesawat Twin Otter 300 kerap digunakan dan beroperasi di kawasan Indonesia timur, yang fasilitas bandaranya masih terbilang minim.
Pada tahun 1969 Twin Otter 300 selesai dikembangkan. Pesawat itu menggunakan mesin PT6A-27 yang lebih bertenaga dari sebelumnya, menghasilkan 680 hp (510 kW) yang rata-rata hingga 620 hp (460 kW).
Dikutip The Globe and Mail, pengembangan seri 300 disebut menjadi peningkatan yang paling sukses, dengan pengiriman sebanyak 614 unit ke berbagai negara ketika peluncuran.
Pada tahun 1972, biaya per unitnya adalah US$680 ribu atau senilai XXXX dan pada tahun 1976 harga jual menjadi US$700 ribu. Pada tahun 2018 harga pesawat itu masih dibanderol lebih dari US$2,5 juta.
Twin Otter 300 memiliki panjang 15,7 meter, tinggi 5,94 meter dengan lebar per sayap 19,8 meter. Pesawat itu memiliki bobot kosong 3.363 kilogram, dan berat maksimal 5.670 kilogram, menurut laporan Aviation Safety.
Pesawat itu memiliki jarak tempuh terjauh hingga 1705 kilometer dengan bobot angkut 860 kilogram, sedangkan jika bobot angkut maksimal 1.135 kilogram dapat terbang sejauh 1279 kilometer saja. Kecepatan maksimum Twin Otter 300 mencapai 338 kilometer per jam.