Ahli LIPI: Burung Mati Massal Mungkin Terkait Perubahan Iklim

CNN Indonesia
Jumat, 17 Sep 2021 13:07 WIB
Peneliti LIPI, Mohammad Irham, menyatakan kematian hewan secara massal seperti peristiwa di Cirebon ada kemungkinan terkait perubahan Iklim.
Peneliti LIPI, Mohammad Irham, menyatakan kematian hewan secara massal seperti peristiwa di Cirebon sangat mungkin terkait perubahan Iklim. (rihaij/Pixabay)
Jakarta, CNN Indonesia --

Peneliti Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI), Mohammad Irham, menyatakan kematian hewan secara massal seperti burung pipit di Cirebon ada kemungkinan terkait perubahan Iklim.

"Kematian burung atau satwa lain yang mendadak dalam jumlah besar terkait dengan perubahan iklim, saya kira kemungkinannya ada. Namun skala iklim terlalu besar untuk kejadian lokal seperti di Bali dan Cirebon," kata Irham kepada CNNIndonesia.com melalui pesan teks, Kamis (16/9).

Peneliti Ekologi dan Sistematika Burung LIPI itu mengatakan fenomena kematian massal hewan bukan hanya terjadi pada burung.

ADVERTISEMENT

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Peristiwa seperti itu juga beberapa kali terjadi pada ikan, seperti kejadian ratusan ikan buntal yang terdampar di pantai Afrika Selatan pada awal tahun ini.

Fenomena burung mati dalam jumlah besar juga sempat terjadi di Amerika Selatan pada September tahun lalu. Peneliti di Negeri Paman Sam memprediksi penyebab kematian massal itu kemungkinan adalah krisis iklim yang mempengaruhi jalur migrasi burung-burung itu.

Perubahan iklim mengubah lansekap tundra dan mempengaruhi tempat berkembang biak burung-burung. Kerusakan hutan hujan di kawasan tengah dan selatan Amerika merusak habitat mereka pada musim dingin.

Selain itu kebakaran hutan yang terjadi di beberapa negara bagian di wilayah barat AS mengubah jalur migrasi para burung tersebut. Jalur migrasi yang mulanya berada di kawasan pesisir yang kaya akan makanan berubah dengan melintasi kawasan gurun Chihuahua yang minim sumber air dan makanan.

Irham mengatakan perubahan iklim merupakan hal alami dan bumi telah berkali-kali mengalaminya. Semua organisme, kata dia, pada dasarnya akan dan dapat beradaptasi dengan perubahan iklim.

Akan tetapi, jika perubahan iklim terjadi sangat cepat maka kemungkinan besar makhluk hidup tidak dapat beradaptasi.

Irham menambahkan ada kemungkinan perubahan iklim menjadi penyebab secara tidak langsung dari kematian hewan-hewan tersebut melalui cuaca. Perubahan iklim menyebabkan cuaca ekstrem dalam skala lokal, seperti curah hujan yang sangat tinggi dalam waktu singkat.

Hipotesis tersebut bisa diterapkan ketika penyebab kematian itu murni karena cuaca ekstrem (dalam hal ini adalah hujan), atau cuaca merupakan faktor yang berkontribusi dalam kematian tersebut.

"Perubahan cuaca ekstrem yang menimbulkan kematian biasanya terlihat pada kematian ikan mendadak dalam jumlah besar. Hal ini terjadi karena adanya proses upwelling di perairan," ujar Irham.

Oleh karena itu, kata Ilham, buat mendapatkan penjelasan akurat diperlukan nekropsi atau postmortem dari burung yang mati secara komprehensif, ditambah dengan data lingkungan lokal seperti curah hujan atau cuaca pada hari kejadian dan sebelumnya. Kombinasi data tersebut bisa memberikan petunjuk ilmiah atas kematian massal burung tersebut.

(lnn/ayp)


[Gambas:Video CNN]
LAINNYA DI DETIKNETWORK
LIVE REPORT
TERPOPULER