Badan Siber Sandi Negara atau BSSN jawab sederet kritik yang ditujukan pada aplikasi kelola password, Satria.
Salah satu kritik mengarah pada tidak hadirnya keharusan verifikasi email saat pengguna mendaftarkan akun di awal. Hal tersebut dinilai tidak mencerminkan keamanan aplikasi.
Dengan tanpa kewajiban verifikasi email, berarti pembuatan akun Satria bisa dilakukan dengan menggunakan email orang lain.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Juru Bicara BSSN, Anton Setiawan menyebut bahwa absennya verifikasi email menandai pengguna harus jujur dalam menggunakan aplikasi.
"Itulah pelajaran bagi kita semua, ya kalau kita menggunakan sesuatu ya yang jujur, ya email kita sendiri, kenapa menggunakan email orang lain?" ujar Anton, lewat rekaman yang diterima CNNIndonesia.com dari BSSN, Jumat (5/11).
Hal tersebut dinilai Anton sebagai cerminan dengan nilai-nilai yang dianut Indonesia.
"Kita melakukan sesuatu itu dengan benar, dengan jujur, nilai-nilai yang ada di bangsa ini harusnya dilestarikan," ucapnya.
Anton pun penyebut bahwa dirinya mendapati banyak misinformasi dari ulasan-ulasan yang muncul gerai penyedia aplikasi, Android maupun iOS.
Salah satu kesalahpahaman yang dimaksudkan Anton adalah asumsi bahwa BSSN menyimpan password para pengguna. Ia memastikan bahwa data password pengguna tidak terdistribusi kemana pun.
"Banyak juga yang mengatakan 'ini nanti passwordnya disimpan sama BSSN', tidak ada. Semua password ada di lokal device," katanya.
Soal sumber anggaran, Anton juga menyebut aplikasi diproduksi secara mandiri oleh BSSN.
Sebelumnya, Pakar Keamanan Siber sekaligus CEO Digital Forensic Indonesia, Ruby Alamsyah mengkritik aplikasi kelola password besutan Badan Siber Sandi Negara (BSSN), Satria.
Ruby menilai aplikasi Satria jauh dari kelas profesional, bahkan bisa dikategorikan aplikasi yang dibuat oleh mahasiswa.
"(Satria) jauh dari profesional, baik itu individu atau sebuah perusahaan terkesan tidak biasa membuat aplikasi yang berkelas," kepada CNNIndonesia.com lewat sambungan telepon, Kamis (4/11) sore.
"Ini mah level anak kuliah ke bawah banyak yang buat," ujar Ruby.
Aplikasi Satria tak memiliki verifikasi akun lewat email, sehingga pengguna bisa menyatut email asal-asalan untuk membuat akun di aplikasi tersebut.
"Berarti orang bisa bikin email ngaco. Akhirnya orang kalo salah tulis email orang ga bisa pakai aplikasi itu. Begitu dimasukin login salah, udah itu orang ga bisa login lagi," tuturnya.
Berdasarkan pantauan CNNIndonesia.com di toko aplikasi Playstore. Aplikasi Satria memiliki rating 1,3. Kolom komentar aplikasi sudah banyak dibanjiri komentar negatif oleh pengguna.
"Masih belum percaya sama keamanan aplikasi ini, mengingat kejadian kebobolan data yang dulu pernah terjadi," ujar Dens Cool.
Selanjutnya warganet lain juga turut berkomentar. Pengguna toko aplikasi Playstore bernama Abdul Hafiidh menduga, membuat aplikasi itu tak memakan waktu lama bahkan bisa dikerjakan dalam waktu seminggu.
"Sebagai Android Developer sangat merasa lucu sekilas pemerintah membuat aplikasi seperti ini. Cuman bermain dengan lokal database, tidak ada sinkronisasi, kelebihannya apa? Saya rasa ini bisa dikerjakan oleh developer yang butuh waktu seminggu saja," tutur Abdul Hafiidh.
(tim/fjr)