Salah satu produsen terbesar iPhone dan produk Apple lainnya, Foxconn, menghentikan operasional dua pabrik di Shenzhen, China, pada Senin (14/3) karena kota tersebut memberlakukan lockdown. Penutupan ini berpotensi mengganggu suplai global.
Otoritas di pusat teknologi China selatan telah memerintahkan kota berpenduduk 17,5 juta itu lockdown sebagai upaya memerangi wabah Covid-19.
Pemerintah Shenzhen mengunci seluruh kota pada Minggu (13/3) setelah melaporkan 66 kasus Covid-19 baru, sehingga total kasus di kota tersebut menjadi lebih dari 400 sejak akhir Februari.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Di China sendiri tercatat 3.122 kasus Covid-19 baru pada hari tersebut, naik signifikan dari hari sebelumnya yang hanya 1.524 kasus.
Lockdown dijadwalkan berlangsung seminggu, diestimasikan hingga 20 Maret. Selama periode tersebut otoritas kesehatan akan menguji setiap penduduk sebanyak tiga kali.
Merespons keputusan tesebut, Foxconn mengatakan pihaknya menunggu arahan dari pemerintah setempat untuk menentukan kapan pabrik akan dibuka kembali.
Apple baru-baru ini meluncurkan produk baru iPhone SE 5G 2022, iPad Air 5, dan Mac Studio. Penutupan pabrik Foxconn di Shenzhen kemungkinan akan berdampak pada pengapalan produk-produk baru tersebut, seperti dikutip dari 9to5mac.
Untuk mengatasi kemungkinan terganggunya rantai pasokan tersebut, Foxconn mengatakan akan ada penyesuaian pada lini produksinya.
Dilansir dari Fortune, lockdown selama seminggu tak hanya berdampak pada Apple, namun juga rantai pasokan sejumlah raksasa teknologi lain. Pasalnya, Shenzhen adalah rumah dari pelabuhan terbesar di dunia sekaligus terminal perdagangan utama antara China dan Amerika.
Lihat Juga : |
Beberapa perusahaan teknologi yang beroperasi di Shenzhen adalah Huawei, DJI, dan raksasa teknologi Tencent. Semua perusahaan ini pun terpaksa menghentikan operasionalnya selama lockdown berlangsung.
Kasus semacam ini pernah terjadi pada Juni tahun lalu ketika otoritas Shenzhen menghentikan operasi di pelabuhan Yantian untuk mengatasi wabah Covid-19. Kala itu backlog pengiriman membutuhkan waktu berbulan-bulan untuk normal kembali.
Yantian sendiri adalah pelabuhan terbesar keempat di dunia dan memproses sekitar 90 persen pengiriman elektronik China.
(lom/fea)