Rudal yang diuji coba oleh Korea Utara pada Rabu (16/3) dilaporkan mengalami kegagalan tak lama setelah diluncurkan. Rudal tersebut dikatakan meledak sebelum mencapai ketinggian 20 kilometer.
Militer Korea Selatan menyebut kegagalan uji coba rudal ini tak lama berselang dari munculnya kabar pengujian rudal balistik antarbenua (ICBM) pertama Korut sejak terakhir kali diluncurkan pada 2017.
Rudal tersebut tampak diluncurkan pada pukul 09.30 dari daerah dekat bandara internasional Pyongyang.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Kemudian seorang pejabat militer Korea Selatan menyebut roket tampak telah meledak sebelum mencapai ketinggian 20 kilometer.
Roket diluncurkan dari daerah yang sama di mana Korea Utara dalam beberapa pekan terakhir terlihat melakukan uji coba sistem satelit.
Menurut AS, program uji coba ini sebenarnya adalah bagian dari upaya untuk mengembangkan rudal balistik antarbenua baru.
Untuk saat ini, otoritas Korea Selatan sedang menjalankan analisis tambahan untuk melihat spesifikasi rudal yang gagal dalam uji coba tersebut.
Lebih lanjut, sejumlah saksi mengaku mendengar suara keras seperti pesawat saat peluncuran rudal dilakukan, diikuti suara ledakan. Saksi lain melaporkan munculnya asap kemerahan dari lokasi kecelakaan rudal, seperti dikutip dari Bloomberg.
Meski demikian, belum ada rincian lebih lanjut mengenai uji coba peluncuran rudal yang dilakukan oleh Korut ini. Namun kecelakaan seperti ini bisa menjadi kegagalan rudal terbesar Korea Utara sejak Agustus 2017, ketika sebuah rudal balistik yang dicurigai hancur berkeping-keping.
Komando Indo-Pasifik Amerika Serikat (AS) mengecam peluncuran rudal balistik ini, dan mengatakan pihaknya sedang berkonsultasi erat dengan Korea Selatan, Jepang dan sekutu regional lainnya.
Korea Utara sebenarnya telah dilarang oleh resolusi PBB untuk melakukan uji coba rudal balistik, namun Kim tampaknya yakin dia dapat lolos dari hukuman lebih lanjut dengan dukungan Moskow dan Beijing.
Bertolak belakang dengan keyakinan Kim, Juru bicara Kementerian Luar Negeri China Zhao Lijian mengatakan China tidak mendukung tindakan apa pun yang 'meningkatkan ketegangan' di wilayah tersebut.
"Kami berharap untuk melihat perdamaian dan stabilitas berkelanjutan di Semenanjung Korea dan percaya semua pihak harus melakukan upaya positif untuk mempromosikan dialog dan pembicaraan damai," katanya pada sebuah konferensi pers, Rabu (16/3).
(lom/fea)