Menyelisik Riwayat Serangan Siber Rusia yang Bikin AS Siaga

CNN Indonesia
Kamis, 24 Mar 2022 13:02 WIB
Presiden Joe Biden mengatakan jajarannya mesti siap menghadapi serangan siber Rusia.
Ilustrasi hacker. (Istockphoto/gorodenkoff)
Jakarta, CNN Indonesia --

Potensi serangan siber Rusia kepada Amerika Serikat telah membuat Presiden Joe Biden ketar-ketir. Ia memperingatkan jajarannya jika gelombang serangan itu makin dekat dan menyasar sarana potensial.

Veteran industri keamanan siber, Mike Hamilton, menilai, Rusia mungkin akan mengerahkan sesuatu yang lebih besar, yang bisa jadi adalah upaya peretasan dari sukarelawan atau kelompok peretas Anonymous.

Hingga kini belum diketahui pasti apakah serangan siber yang tertuju ke AS merupakan respons dari sanksi atas invasi Rusia ke Ukraina.

ADVERTISEMENT

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Namun Biden pada Selasa (22/3) merilis sebuah pernyataan yang mengungkap informasi dari intelijen yang isinya Pemerintah Rusia sedang menjajaki opsi melakukan serangan siber.

Hal ini membuat Biden mengulang komentarnya kembali, memprediksi Rusia akan melakukan seranga siber berbahaya kepada AS, atas sanksi ekonomi yang pada Rusia.

AS telah memperingatkan selama berminggu-minggu lalu, Rusia mungkin akan membalas AS karena mendukung Ukraina.

Selama lebih dari sebulan, lembaga keamanan dan infrastruktur siber AS (CISA) telah meminta bisnis dan lembaga pemerintah memasang 'perisai' pada perangkat komputasi, dikutip dari Venture Beat.

Direktur CISA Jan Easterly mengatakan pernyataan Biden memperkuat kebutuhan mendesak untuk semua lembaga dan organisasi bertindak melindungi diri masing-masing, mencegah aktivitas siber berbahaya.

Dengan pernyataan Biden itu, kemungkinan dampak serangan siber yang menerpa AS disebut bakal lebih masif dari yang sebelumnya. Terlebih sejumlah serangan siber Rusia sudah berkali-kali menyerang keamanan siber di AS.

Dalam beberapa dekade terakhir pemerintah Rusia dianggap sudah melakukan sejumlah serangan siber terhadap pemerintah AS. Bermula sejak 1996 yang mencuri sejumlah informasi besar milik lembaga pemerintah AS seperti Kementerian Energi, NASA, hingga Kementerian Pertahanan AS.

Peretasan ini sangat serius membahayakan kemampuan, strategi, dan kepentingan keamanan nasional AS dan menjadi sasaran geng peretas Moonlight Maze.

Kemudian pada 2014, AS juga jadi bulan-bulanan serangan siber kelompok bernama Cozy Bear atau APT 29, yang bersekutu dengan badan intelijen Rusia, SVR (Agen lanjutan dari KGB).

Sejumlah lembaga pemerintah AS (termasuk sistem email Gedung Putih dan Pentagon), Komite Nasional Demokrat (DNC), perusahaan sektor swasta, dan universitas telah diretas.

Kemudian mulai 2014 hingga 2020 kelompok peretas Rusia lainya yang dikenal dengan nama APT-28 atau Fancy Bear meretas sistem digital di Gedung Putih. Kelompok ini juga dituding menjadi pengganggu dalam pemilu AS 2016 dan 2020, menurut laporan Forbes.

(can/fea)


[Gambas:Video CNN]
LAINNYA DI DETIKNETWORK
LIVE REPORT
TERPOPULER