Peneliti di Amerika Serikat (AS) menemukan varian Covid-19 Deltacron di negeri Paman Sam. Varian baru ini merupakan gabungan dari setengah varian delta dan setengah varian omicron.
Sebelum terkonfirmasi varian baru, Deltacron awalnya diduga sebuah error di laboratorium. Saat awal isu ini beredar varian delta dan omicron disebut belum benar-benar bercampur di dunia nyata.
Dua bulan berselang, keberadaan Deltacron diketahui dan telah menyebar. Hal ini dibuktikan lewat penelitian yang diterbitkan pada Senin (21/3) sebagai dokumen preprint di server BioRxiv.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
"Mengingat perbedaan genom Delta dan Omicron, serta sifat mengelabui kekebalan Omicron, strain rekombinan Delta-Omicron dapat memengaruhi kemanjuran vaksin dan obat-obat terapeutik," jelas makalah tersebut, seperti dikutip dari IFL Science.
"Dalam laporan ini, kami mengidentifikasi kandidat genom rekombinan Delta-Omicron dari pengawasan genomik nasional CDC ... Kami menunjukkan genom ini kemungkinan merupakan hasil rekombinasi bagian gen Spike, yang mengandung substitusi yang umum untuk garis keturunan Delta ... dan garis keturunan Omicron," tambahnya.
Munculnya virus rekombinan sebenarnya bukan hal mengejutkan, pasalnya setiap virus secara konstan akan terus bermutasi.
"Ketika dua virus terkait menginfeksi sel yang sama [yaitu selama koinfeksi] mesin replikasi virus dapat secara tidak sengaja beralih dari satu genom ke genom lain yang menghasilkan genom campuran. Ini adalah virus rekombinan.," jelas Tom Peacock, salah satu penulis penelitian dalam sebuah cuitan, Kamis (17/3).
"[SARS-CoV-2, virus yang bertanggung jawab atas COVID-19] telah melakukan ini sepanjang pandemi - namun identifikasi lebih mudah ketika kedua virus induknya memiliki hubungan yang jauh," tambahnya dalam cuitan lain.
Meski demikian, masyarakat diharapkan tidak khawatir berlebihan dalam menghadapi varian baru ini.
Varian deltacron disebut memiliki karakteristik dari kedua induknya. Menurut Peacock, tidak ada mutasi amino tambahan dalam domain pengikat reseptor virus ini, dan ini disebut kabar baik.
"Saya akan berpikir [tetapi ingin melihat bukti untuk membuktikannya] itu harus lebih antigenik seperti [Omicron]," tulisnya
"[Jadi] vaksin akan dapat bekerja mirip dengan melawan [Omicron]," imbuhnya.
Kemudian Peacock juga menambahkan, sejauh ini, virus rekombinan tidak tampak menyebar dengan begitu cepat.
"Meskipun terdeteksi selama 6 minggu, jumlah kasus yang dihasilkan dari virus rekombinan Spike hibrida ini tetap rendah," kata catatan dalam dokumen penelitian
"Selain itu, sebagian besar kasus diidentifikasi di wilayah Atlantik tengah Amerika Serikat," tambahnya.
Meski demikian, varian campuran ini disebut belum akan menghilang dalam waktu dekat. Para peneliti juga menyebut kemungkinan hadirnya beberapa varian campuran berikutnya.
"Varian yang muncul dari SARS-CoV-2, virus yang menyebabkan Covid-19, dikenali dan dipantau secara ketat melalui pengawasan genomik nasional," tulis dokumen tersebut.
"Mengingat potensi risiko kesehatan masyarakat dari varian baru yang muncul hasil rekombinasi, penyelidikan yang melibatkan komponen laboratorium dan bioinformatika, seperti yang disajikan di sini, sangat penting untuk mengidentifikasi dan melacak virus ini dengan benar," terangnya.
(lom/fea)