Pendiri aplikasi pesan singkat Telegram Pavel Durov menuding Apple membatasi pengembangan fitur-fitur Telegram Web.
Pria 37 tahun itu berharap platform perpesanan berbasis webnya itu dikirimkan sebagai aplikasi web. Namun, pihaknya tak bisa menawarkan pengalaman penuh pada pengguna di perangkat seluler Apple karena keterbatasan browser Safari iOS.
"Kami menduga bahwa Apple mungkin dengan sengaja melumpuhkan aplikasi web untuk memaksa penggunanya mengunduh lebih banyak aplikasi asli di mana Apple dapat membebankan komisi 30 persen," ujar Durov seperti dikutip dari The Register.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Meskipun Telegram tersedia di App Store, platform tersebut telah menghadapi beberapa masalah dengan proses peninjauan Apple di masa lalu karena saluran publik Telegram yang tidak memiliki batasan konten.
Untuk melewati beberapa batasan itu, Telegram juga menawarkan versi web lengkap, dengan hampir menyuguhkan hampir sama dengan versi seluler.
Durov menunjukkan bagaimana banyak pengembang mengeluh dengan mengatakan"Safari sedang membunuh web" karena keterbatasannya.
Dia juga menyoroti artikel yang diterbitkan pengembang Telegram versi Web pada April lalu, dengan daftar 10 masalah terkait Safari versi iOS yang tidak memiliki fitur push notification, codec VP8 dan CP9, hingga artefak visual.
Pria asal Rusia itu menduga alasan Apple "melumpuhkan" aplikasi web adalah untuk memaksa pengguna mengunduh aplikasi dari App Store, sehingga perusahaan dapat mengumpulkan komisi dari pengembang.
"Kami menduga bahwa Apple secara sengaja melumpuhkan aplikasi web untuk memaksa para penggunanya mengunduh aplikasi asli, agar Apple bisa mendapatkan komisi 30 persen," kata Durov.
Tidak seperti macOS, iOS tidak membiarkan para pengembangnya memilih engine web berbeda untuk aplikasi mereka. Setiap aplikasi yang butuh implementasi web harus menggunakan WebKit milik Apple.
Yang mengejutkan, Apple benar-benar membatasi apa yang bisa dilakukan aplikasi versi web dibandingkan dengan aplikasi aslinya.
Dikutip dari 9to5Mac, Apple sedang dalam investigasi Pemerintah Britania Raya lantaran diduga membatasi peramban (browser) rival agar berbeda dari milik Apple, Safari. Otoritas Pasar dan Kompetisi (CMA) yakin pembatasan itu menyunat kemampuan aplikasi tersebut di iPhone dan iPad.
Dalam situs resmi pemerintah Britania Raya, CMA lewat studinya menilai Apple dan Google telah secara efektif melakukan duopoli di ekosistem ponsel. Itu membuat mereka punya cengkeraman yang kuat di pasar termasuk soal sistem operasinya, toko aplikasi, dan perambaan versi ponsel.
"Tanpa intervensi, kedua perusahaan itu mungkin mempertahankan dan bahkan memperkuat cengkeraman mereka di sektor itu yang bisa meningkatkan pengetatan dan batasan bagi para inovator," tulis CMA.
"Ketika berbicara soal bagaimana orang-orang menggunakan ponselnya, Apple dan Google memegang kendali. Sebagus layanan dan produk mereka, cengkeraman keduanya dalam ekosistem ponsel membuat mereka bisa menyingkirkan kompetitor, termasuk menahan laju sektor teknologi Britania Raya," kata Direktur Eksekutif CMA, Andrea Coscelli.
(can/lth)