Liontin Penis Jadi Tren di Era Romawi Kuno, Arkeolog Ungkap Fungsinya

CNN Indonesia
Selasa, 21 Jun 2022 06:07 WIB
Ilustrasi. Romawi kuno memiliki kebiasaan memakai liontin berbentuk penis perak sebagai penangkal bala. (Foto: AFP/MAHMUD TURKIA)
Jakarta, CNN Indonesia --

Seorang detektor logam baru-baru ini menemukan kalung perak berbentuk penis berukuran 3,1 sentimeter di Kent, Inggris. Sejumlah ahli mengungkap fungsi dari artefak peninggalan Romawi kuno itu.

Dikutip dari Live Science, penulis Romawi kuno seperti Marcus Terentius Varro (hidup 116 SM hingga 27 SM) dan Pliny the Elder (23 hingga 79 M) menyebutkan pada era tersebut bentuk penis dianggap memiliki kekuatan untuk melindungi seseorang dari kejahatan.

Kalung berbentuk penis yang kemungkinan dikenakan di leher itu disinyalir untuk melindungi seseorang dari kemalangan, dilakukan sekitar 1.800 tahun lalu.

Banyak penggambaran penis telah ditemukan di seluruh Kekaisaran Romawi dan para sarjana sering percaya kalung penis diciptakan untuk terhindar dari sial.

Penis perak itu memiliki ukuran panjang sekitar 3,1 sentimeter, dengan cincin kecil di bagian atas penis seperti pengait untuk dijadikan kalung.

Jimat tersebut sering terlihat di sejumlah wilayah Inggris, yang dikuasai Romawi antara 42 dan 410 M. Biasanya, benda tersebut terbuat dari paduan tembaga daripada perak seperti yang berasal dari Kent, tulis Lori Rogerson, petugas penghubung pada Portable Antiquities Scheme (PAS).

"Menjadi logam berkualitas lebih tinggi daripada paduan tembaga, perak mungkin dianggap memperkuat kemampuan pelindung lingga," kata Rogerson kepada Live Science.

"Kita tahu bahwa anak-anak dilindungi oleh perangkat apotropaic (memiliki kekuatan untuk menghentikan kejahatan) ini, dan bukti arkeologis menunjukkan bahwa penggunaannya di Inggris sangat populer di kalangan tentara Romawi," sambungnya.

Cyril Dumas, seorang sarjana di Musée Yves Brayer yang telah meneliti dan menulis tentang artefak ini mengatakan penis perak digunakan baik pira, wanita, anak-anak, dan bahkan hewan Romawi.

Hal ini disebut Dumas sebagai upaya dalam untuk menangkal apa yang disebut "mata jahat" (evil eye).

"Amulet ini melawan efek 'mata jahat', personifikasi dari nasib buruk," kata Dumas.

Mengenai pilihan logam, mungkin individu yang memesan atau membeli perhiasan memiliki cukup uang untuk logam berkualitas lebih tinggi.

"Pemilihan perak sebagai bahan penis perak karena berbagai alasan, salah satunya karena pemakainya mampu membelinya dan liontin itu kemudian juga menjadi objek pajangan,"

Rob Collins, manajer proyek dan koordinator penelitian di Sekolah Universitas Newcastle. History, Classics and Archaeology, menduga bahan perak punya sifat magis.

"Namun, saya menduga perak juga memiliki sifat magis atau afiliasi yang terkait dengannya sebagai bahan," kata Collins.

Detektor logam Wendy Thompson menemukan jimat itu pada 31 Desember 2020, dan dia melaporkan temuannya ke Portable Antiquities Scheme, sebuah program yang dijalankan oleh British Museum dan National Museum Wales.

Artefak tersebut sekarang sedang menjalani proses kurasi harta karun yang diwajibkan oleh hukum Inggris, agar bisa masuk ke dalam kategori koleksi museum di Inggris, dikutip dari Ancient Origins.

(can/arh)


KOMENTAR

ARTIKEL TERKAIT
TOPIK TERKAIT
TERPOPULER
LAINNYA DARI DETIKNETWORK