Ponsel Bukan Penyebab Kebakaran SPBU, Aplikasi MyPertamina Aman?

CNN Indonesia
Selasa, 28 Jun 2022 10:30 WIB
Pertamina mewacanakan masyarakat harus menginstal aplikasi MyPertamina jika ingin mengisi Pertalite. Foto: CNN Indonesia/ Adhi Wicaksono
Jakarta, CNN Indonesia --

Pertamina ingin masyarakat yang mengisi Pertalite menggunakan aplikasi MyPertamina lewat ponsel. Wacana itu menimbulkan tanda tanya lantaran ada anggapan ponsel bisa memicu kebakaran di SPBU.

Namun demikian hal itu dibantah pengamat gawai dari komunitas Gadtorade, Lucky Sebastian. Menurut Lucky memainkan ponsel di SPBU sebetulnya tidak berbahaya.

Sebab, ponsel dianggap sebagai alat yang memancarkan sinyal radiasi yang aman dan tidak bisa memicu kebakaran di SPBU.

Dijelaskan Lucky anggapan masyarakat soal bahaya main ponsel di SPBU adalah mitos dan hoax. Sinyal dari base tranceiver station (BTS) yang dikirim ke ponsel memiliki daya yang relatif kecil, yaitu sekitar -90 dBm (decibel-milliwatts). Artinya tidak bisa memicu api.

"Sebenarnya ponsel dituduh sebagai alat yang memancarkan sinyal dan bisa memicu kebakaran ketika mengenai uap bensin, hanyalah mitos, atau bisa dikatakan hoax," ujar Lucky kepada CNNIndonesia.com, Kamis (16/6).

Ia pun mengutip hasil penelitian Adam Burgess dari University of Kent pada 2005. Dalam penelitian itu dari 243 SPBU yang mengalami kebakaran dalam kurun waktu 11 tahun, tidak ada satupun dipicu ponsel.

"Sinyal ponsel terlalu kecil untuk memicu kebakaran," ujar Lucky.

Anggapan memainkan ponsel di SPBU berbahaya lantaran pemberitaan dari surat kabar Inggris, The Mirror pada 2015. Ketika itu, Mirror memberitakan insiden kebakaran di SPBU ketika pengendara motor hendak mengisi bensin dan mencari ponselnya.

Luck mengatakan, insiden itu kemungkinan kebakaran berasal dari bensin yang tercecer keluar dari tangki dan mengenai mesin yang masih panas, tetapi ponsel keburu tertuduh sebagai biang keladi kebakaran.

"Jadi tanda di SPBU dilarang menggunakan ponsel, di negara-negara barat cenderung diperuntukkan agar saat mengisi bahan bakar, di mana di sana tidak dilayani petugas, melainkan mengisi sendiri, tidak terdistraksi oleh ponsel, sehingga terlalu lama, salah memilih jenis bahan bakar, tidak memperhatikan keamanan," tuturnya.

Akan tetapi, Luck tetap menyarankan tidak memainkan ponsel ketika mengisi bahan bakar. Sebab, itu akan membuat antrean pengisian menjadi lebih panjang.

Di sisi lain, Pertamina sendiri berdalih aplikasi MyPertamina penting agar penyaluran BBM subsidi tepat sasaran. Pasalnya, BBM bersubsisi selama ini kerap dinikmati juga oleh masyarakat golongan mampu.

Lebih lanjut, Lucky sendiri setuju dengan inisiatif tersebut. "Ini bisa memudahkan pembayaran lebih cepat karena menghemat waktu untuk menghitung uang dan kembalian, apalagi dalam bentuk angka pecahan, seperti saat mengisi penuh tanki yang kadang tidak bulat angkanya," ujarnya.

Namun ia ragu jika program pemerintah bisa serempak diterapkan di masyarakat. Pasalnya, tidak semua warga punya smartphone dan ada potensi kesulitan mengoperasikan ponsel pintar.

"Jadi tetap harus tersedia sistem pembayaran biasa, sampai nanti semua terbiasa," tuturnya.

Ia pun menyoroti efektifitas penggunaan aplikasi MyPertamina, apakah bisa memangkas waktu atau cenderung menghabiskan durasi saat pembelian BMM subsidi.

"Berapa lama waktu yang dibutuhkan untuk transaksi dengan aplikasi ini, karena kalau terlalu memakan waktu, misal koneksi jelek saat harus terhubung dengan server, gagal, ada glitch, akan membuat antrian menjadi semakin panjang," tutup Lucky.

(lth/lth)
KOMENTAR

ARTIKEL TERKAIT
TOPIK TERKAIT
TERPOPULER
LAINNYA DARI DETIKNETWORK