Disebut Terlalu Cepat, BRIN Konfirmasi Waktu Subuh Kemenag Tepat
Badan Pusat Riset dan Inovasi Nasional (BRIN) mengonfirmasi penentuan jadwal subuh oleh Kementerian Agama (Kemenag) sudah tepat. BRINย bersama dengan Kemenag telah melakukan pengamatan astronomi di Timau, Nusa Tenggara Timur (NTT).
Melansir situs resmi BRIN, pada 28 - 29 Juli 2022 Tim Kemenag melakukan pengamatan fajar di kawasan Observatorium Nasional (Obsnas) BRIN di Timau. Wilayah Timau yang masih gelap, bebas dari polusi cahaya, merupakan tempat yang ideal untuk pengukuran cahaya fajar.
Dari pengamatan tersebut, proses terbitnya fajar terungkap dengan jelas melalui pengamatan empat instrument yaitu dua alat SQM (Sky Quality Meter) dan dua kamera merekam proses munculnya fajar.
Sebelumnya, warga net sempat mempertanyakan jadwal subuh dari Kemenag yang dinilai terlalu cepat. Salah satunya muncul dari akun @Ingsun_Abdillah.
Ia mempertanyakan waktu subuh versi Kemenag sembari melakukan pengamatan sendiri. "Waktu subuh versi Kemenag apakah terlalu cepet ya? Munculnya fajar shodiq apakah sudah sesuai dg list jadwal waktu subuh versi Kemenag? Pagi tadi sy lihat sudah Adzan tapi masih gelap banget di ufuk timur. Fajar terlihat skitar jam 5 vs jadwal Kemenag wkt subuh jam 04:16," tulisnya disertai foto langit fajar dan jadwal sholat.
Waktu subuh versi Kemenag apakah terlalu cepet ya?
โ Susuhing Angin #PNS (@INGSUN_ABDILLAH) May 5, 2020
Munculnya fajar shodiq apakah sudah sesuai dg list jadwal waktu subuh versi Kemenag?
Pagi tadi sy lihat sudah Adzan tapi masih gelap banget di ufuk timur.
Fajar terlihat skitar jam 5 vs jadwal Kemenag wkt subuh jam 04:16 pic.twitter.com/NVYDfuxkpM
Warga net lain yakni @ufuffuff menyebut Kemenag mengacu kepada fatwa jumhur ulama dalam menentukan waktu subuh. "Bukannya bebal, tapi kemenag mengacu pada fatwa jumhur ulama. Karena saat itu mufti KSA (Syaikh Bin Baz dkk) sudah melakukan review dan penelitian ulang kalender ummul quro dan memutuskan tidak ada kesalahan dalam jadwal subuh. Intinya ini karena perbedaan konsepsi tentang fajar," tulisnya.
Bukannya bebal, tapi kemenag mengacu pada fatwa jumhur ulama. Karena saat itu mufti KSA (Syaikh Bin Baz dkk) sudah melakukan review dan penelitian ulang kalender ummul quro dan memutuskan tidak ada kesalahan dalam jadwal subuh. Intinya ini karena perbedaan konsepsi tentang fajar.
โ ๐พ๐ง๐๐ฏ๐ฎ ๊โฟแถข๊โฟ ๐๐๐๐ (@ufuffufff) April 8, 2022
Selain itu, perbedaan jadwal subuh juga terjadi antara Kemenag dan Muhammadiyah pada Ramadan lalu.Versi jadwal Subuh untuk wilayah DKI Jakarta pada 1 Ramadan dari Kemenag jatuh pada pukul 04.38 WIB. Sementara versi Muhammadiyah di wilayah yang sama jatuh pada 04.46 WIB.
BRIN mengungkapkan ada dua jenis fajar yang terjadi yakni kadzib dan shadiq.
Fajar kadzib atau cahaya zodiak terdeteksi saat mulai pengukuran. Saat itu posisi matahari masih jauh di bawah ufuk, -30 derajat. Fajar kadzib ditandai dengan munculnya cahaya yang makin terang secara perlahan. Secara fisik fajar kadzib tampak menjulang sepanjang ekliptika.
Fajar shadiq atau fajar astronomi sebagai penentu awal subuh ditandai dengan munculnya cahaya yang makin terang secara cepat. Secara fisik fajar shadiq tampak membentang di ufuk timur. "Nah, awal fajar shadiq itu yang sangat penting diamati ulang untuk menjawab pertanyaan publik", ungkap Peneliti Utama bidang Astronomi, Thomas Djamaluddin
Thomas mengatakan, pengamatan di Timau pun tergolong spesial karena wilayah tersebut bebas dari polusi cahaya. Dari pengamatan tersebut pula, BRIN menilai jadwal subuh yang telah dikeluarkan Kemenag sudah tepat.
"Bahwa fajar muncul pada saat posisi matahari -20 derajat. Semua alat menghasilkan nilai ketinggian matahari yang sama. Hasil ini mengonfirmasi bahwa jadwal shalat subuh oleh Kemenag sudah tepat," tulis BRIN.
(lth/lth)