Penularan virus Langya, yang merupakan kelompok henipavirus, di China membuat dunia waswas. Apa bahayanya?
Sebelumnya, virus Langya dilaporkan menginfeksi 35 orang di China, tepatnya di Provinsi Shandong dan Henan. Mereka yang terinfeksi disebut memiliki riwayat interaksi dengan hewan.
Virus Langya termasuk dalam kelompok henipavirus yang biasanya dibawa oleh kelelawar buah. Orang-orang yang terinfeksi dilaporkan memiliki gejala demam, kelelahan, batuk-batuk, anoreksia, nyeri otot, dan muntah-muntah.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Henipavirus sendiri sebetulnya merupakan genus atau marga dari lima spesies virus, yakni virus Langya, Hendra, Nipah, Cedar, Ghanaian bat, dan virus Mojiang.
Dari lima spesies virus tersebut, virus Hendra dan virus Nipah menjadi yang paling ganas yang dapat menyebabkan wabah pada manusia dan dikaitkan dengan rasio fatalitas kasus yang tinggi.
Virus ini memiliki masa inkubasi 5-16 hari. Namun dalam kasus tertentu masa inkubasi berlangsung hingga 2 bulan.
Dilansir dari situs Kementerian Kesehatan, virus Hendra pertama kali diisolasi pada September 1994 dari spesimen yang diperoleh selama wabah penyakit pernapasan dan neurologis pada kuda dan manusia di Hendra, pinggiran Brisbane, Australia.
Sementara itu, Virus Nipah ditemukan di Malaysia, yang pada saat ditemukan di tahun 1999 menimbulkan penyakit pada lebih dari 100 orang.
Mirip dengan virus Langya, infeksi virus Hendra dan Nipah menyebabkan beberapa gejala seperti demam dan nyeri otot. Gejala lainnya adalah sakit kepala dan pusing.
Gejala-gejala ini disebut dapat berkembang menjadi radang otak, refleks abnormal, kejang, dan bahkan koma. Selain itu, infeksi virus Hendra dan Nipah juga mungkin mengakibatkan gangguan pernapasan, seperti dikutip dari situs Pusat Kontrol dan Pencegahan Penyakit Amerika Serikat (CDC).
Reservoir atau penampung alami virus hendra adalah kelelawar dari genus Pteropus yang ditemukan di Australia.
Hendra virus menyebabkan penyakit pada kuda di Australia, dan infeksi pada manusia terjadi karena paparan dari sekresi dari kuda yang terinfeksi virus hendra.
Untuk menghindari penularannya, manusia perlu menghindari interaksi dengan hewan-hewan tersebut dan kotorannya, terlebih jika hewan diketahui dalam keadaan sakit.
Sejauh ini, belum ada pengobatan antivirus khusus untuk infeksi henipavirus. Saat ini, terapi terdiri dari perawatan suportif dan manajemen komplikasi.
Penggunaan obat Ribavirin telah menunjukkan efektivitas in vitro, tetapi kegunaan klinisnya tidak diketahui. Sementara itu, penggunaan seroterapi monoklonal telah diusulkan untuk Hendra di Australia.
(lom/lth)