Kehadiran Hyundai Stargazer bikin penasaran untuk merasakan sensasi memutar lingkar kemudinya, hingga membejek pedal gas.
Sebelum bercerita bagian itu, saya terlebih dahulu mencicipi interiornya sembari duduk manis sebagai penumpang dalam sesi media test drive Hyundai Stargazer dari Surabaya, Malang, dan Solo, selama tiga hari, Rabu-Jumat.
Dalam hal penataan ruang, desain kabin Stargazer sebetulnya tidak jauh berbeda dari kebanyakan model low MPV di Indonesia. Desainnya ringkas, namun mengutamakan fungsionalitas.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Material yang digunakan juga tidak melulu berbahan empuk. Bahan plastik masih mudah ditemui, terutama pada door trim hingga dasbornya. Sedangkan warna interiornya lebih didominasi hitam.
![]() |
Mobil yang saya gunakan yakni Prime atau varian tertinggi Stargazer dengan pilihan jok baris kedua model captain seat. Jok terpisah jenis ini dipahami mengurangi kapasitas penumpang dari semula dapat memuat tujuh orang, menjadi enam orang, atau 2+2+2.
Penggunaan captain seat membuat tampilan kabin Stargazer lebih "wah".
Low MPV di Indonesia yang menyediakan pilihan kursi captain seat baru Wuling Confero. Sementara rival lain seperti Avanza-Xenia, Xpander, Mobilio, kursinya dibuat paten 2+3+2.
Buat saya yang memiliki tinggi badan 183 cm, captain seat sangat mengakomodir dan nyaman. Masih ada sedikit ruang antara kaki saya dengan sandaran kursi penumpang depan.
Jok juga dapat diatur menyesuaikan kebutuhan, mulai sandaran, maju mundur jok secara manual, hingga ada arm rest.
Sedangkan untuk pengaturan suhu ruangan, Stargazer menggunakan double blower yang diletakkan di atas kursi baris kedua, desain ini lumrah ditemui di mobil-mobil keluarga model SUV dan MPV di dalam negeri.
![]() |
Selama perjalanan, saya menilai kekedapan kabin Stargazer tergolong baik. Suara dari luar, baik itu bunyi mesin kendaraan lain minim menyusup ke dalam.
Tapi hal menarik yang saya rasakan sebagai penumpang dari mobil ini adalah urusan kestabilan.
Suspensi Hyundai Stargazer terbilang stabil dan tidak limbung ketika keluar masuk tikungan dengan kecepatan agak tinggi. Saya yang duduk di kursi baris kedua tidak merasakan "goyang" berlebihan saat mobil melintasi jalan bergelombang.
![]() |
Captain seat memudahkan saya berpindah ke kursi baris ketiga.
Kemudian saat duduk pada jok baris ketiga, saya masih dapat menyesuaikan. Dengkul juga tidak terlalu "terintimidasi" oleh sandaran kursi baris kedua. Kondisi ini dengan syarat kursi baris kedua tidak dimundurkan.
Bagi saya, kursi baris ketiga tidak terlalu nyaman untuk duduk berlama-lama menempuh perjalanan jauh. Maksimal 1 jam bisa saya toleransi. Apalagi head room sangat kecil sehingga kenyamanan jadi penumpang berkurang.
Beruntung ada ruang tengah imbas penggunaan kursi captain seat untuk berselonjor kaki meski cuma satu kaki.