Apakah Bjorka Hacker atau Cuma Pengepul Data?
Sosok anonim Bjorka tengah dalam incaran aparat akibat aksi-aksi pembocoran data publik dan pejabat. Terlepas dari kiprahnya yang bikin geger itu, ada pertanyaan mendasar; apakah Bjorka hacker atau cuma pengunggah data yang bocor?
Atribut hacker disematkan Bjorka terutama lantaran diksi yang digunakan media. Meski pada dasarnya, dalam beberapa unggahannya di BreachForums, Bjorka tak secara eksplisit menyatakan dirinyalah yang membobol data-data yang diunggahnya itu.
Misalnya, leak 91 juta data pelanggan Tokopedia yang diunggah pada 19 Agustus 2022. Dia hanya memberi informasi bahwa itu merupakan hasil pembobolan pada April 2020 tanpa mengungkap siapa yang membobolnya.
Dikutip dari situs perusahaan keamanan siber Kaspersky, istilah hacker pernah digunakan untuk menggambarkan seorang programmer yang pintar.
Belakangan, istilah ini disematkan kepada mereka yang mengeksploitasi kerentanan keamanan untuk mencoba dan membobol sistem komputer. Pihak yang membobol sistem komputer (untuk tujuan jahat atau sebagai tantangan) dikenal sebagai 'cracker'.
Menteri Koordinator Bidang Politik Hukum dan Keamanan Mahfud MD mengatakan Bjorka tidak memiliki keahlian meretas yang mumpuni.
Ia menilai Bjorka hanya ingin memberi pesan bagi pemerintah untuk hati-hati karena keamanan data masih bisa dibobol. Meskipun, Mahfud mengklaim belum ada data penting yang dibongkarnya.
"Apa yang disebut Bjorka ini sebenarnya tidak punya keahlian atau kemampuan membobol yang sungguh-sungguh," ungkap dia, di Gedung Kemenpolhukam, Rabu (14/9).
"Itu hanya ingin memberi tahu kepada kita, bahwa kita harus hati-hati. Kita bisa dibobol dan sebagainya, tapi sampai saat ini tidak [dibobol]," lanjutnya.
Mahfud juga menilai motif di balik aksi peretasan yang dilakukan Bjorka relatif tidak terlalu berbahaya.
"Motifnya kan ternyata juga gado-gado. Ada yang motif politik, motif ekonomi, motif jual beli dan sebagainya," ucap Mahfud.
"Sehingga juga ya motif-motif kayak gitu itu sebenarnya tidak ada yang terlalu membahayakan," sambung dia.
Senada, Pakar Teknologi Informasi Universitas Gadjah Mada (UGM) Ridi Ferdiana mengakui pada dasarnya belum ada kepastian apakah Bjorka hacker atau bukan.
"Bjorka saat ini sudah dipastikan menyebarkan data, tetapi belum tentu hacker-nya yang bersangkutan," ujar Ridi saat dihubungi, Rabu (14/9).
Menurut Ridi, data yang tersebar umum terjual di deepweb.
Dengan kata lain, Bjorka bisa saja mengumpulkan atau membeli data-data tersebut dari peretas aslinya dan lalu menyebarkannya kembali sehingga seolah-olah dia yang meretas data tersebut.
Terlepas dari hacker atau bukannya Bjorka, Ridi mengatakan masyarakat dan institusi mestinya memiliki budaya penyimpanan data secara aman.
"Kita jangan mengabaikan atau denial (menyangkal) terhadap situasi keamanan data. Kita juga harus mulai tidak menganggap remeh hal-hal kecil terkait keamanan," ujar dia.
"Sebagai contoh menyebarkan tautan dokumen berupa data pribadi di media sosial, padahal hal tersebut mudah dieksploitasi pelaku-pelaku kejahatan siber," ujar dia.
Ia pun menilai peristiwa pembocoran data oleh Bjorka ini seharusnya jadi momentum bagi pemerintah untuk membereskan masalah keamanan siber dan mengoptimalkan pelibatan talenta siber lokal.
"Kejadian Bjorka dalam membagikan data pribadi adalah sinyal nyata berupa kritik membangun kepada pemerintah untuk berbenah diri dan mengatur ulang prioritas keamanan dan perlindungan privasi. Reskilling juga mutlak dilakukan agar secara berkala sistem keamanan kita dikaji dan disempurnakan," tutup dia.