Urusan jatuh cinta biasanya sangat rumit. Bukan hanya soal hubungannya, melainkan pula proses di baliknya.
Setiap orang pun pastinya menginginkan cinta yang sejati. Namun adakah cinta yang termasuk kategori itu?
"Ketika orang-orang jatuh cinta, ada banyak hal terjadi di level neuro-kimiawi," kata Philip Stieg, Kepala Operasi Syaraf dari New York-Presbyterian/Weill Cornell Medical Center seperti dikutp Health Matters.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Biasanya ketika seseorang melihat orang yang disukai, tubuh akan menghasilkan jumlah testosteron dan estrogen yang tinggi. Hal itu akan membuat seseorang tersebut merasa tergila-gila.
Otak lalu akan memunculkan peningkatan dopamin, yang memainkan peran penting dalam menghadirkan perasaan senang dalam diri manusia. Selain dopamin, otak pun menghasilkan norepinephrine.
Hal itu membuat jantung berdegup cepat, jarang beristirahat, dan kehilangan nafsu makan. Kemudian, jika seseorang itu semakin merasa jatuh cinta, otak pun akan memproduksi oksitoksin dalam jumlah yang banyak.
Oksitoksin menimbulkan perasan afeksi dalam diri orang yang dicintai. Sementara, vasopressin yang juga dihasilkan otak membuat seseorang akan berusaha melindungi orang yang dicintainya, menimbulkan perasaan keterikatan.
Singkat cerita menurut Stieg, "Jelas tidak ada satu titik mana pun di otak yang memberitahu kita bagaimana cara meras. Itulah mengapa kita butuh kerjasama dari panca indra kita untuk bekerja mengidentifikasi karakter yang kita inginkan dan memandu kita ke arah seseorang yang sempurna,"
Mata misalnya, Stieg mengatakan ketika seseorag melihat orang yang dicintainya, akan timbul perasaaan tergila-gila. Hal itu jamak terjadi pada pria yang lebih tertarik berdasarkan kepada stimuli visual ketimbang wanita.
Sementara pada kulit, gestur seperti berpegangan tangan akan membuat orang yang jatuh cinta melepaskan oksitoksin serta dopamin. Untuk indra penciuman alias hidung, manusia memang tak seperti hewan yang mengandalkan indra tersebut untuk mencari pasangan.
Lihat Juga :101 SCIENCE Kenapa Patah Hati Terasa Sakit? |
Namun studi terbaru menyebut, ada orang-orang yang mengandalkan indra penciumannya untuk mendeteksi sinyal kimiawi lawan jenis yang berpotensi jadi pasangan. Sinyal itu disebut pheromon.
Di sisi lain, untuk indra pengecap (lidah) dan pendengaran (kuping), manusia biasanya menginginkan adanya hubungan setelah makan makanan manis kemudian melihat orang yang dicintainya. "Kuping kita memainkan peran penting dalam mengendalikan perasaan cinta romantis. Apakah mendengarkan suara kekasih kita atau berbicara lembut lewat telpon," kata Stieg.
Sementara itu mengutip situs resmi Harvard, cinta romantis bisa dipecah ke dalam tiga kategori: nafsu, ketertarikan, dan keterikatan. Masing-masing kategori digolongkan oleh hormon yang menimbulkannya.
Untuk nafsu alias lust, ia melibatkan testosteron dan estrogen. Testosteron meningkatkan libido pada pria, sementara pada wanita itu diambil alih oleh estrogen.
Ketertarikan (attraction) melibatkan tiga hormon yakni dopamine, norepinephrine, dan serotonin. Dopamine dilepaskan otak ketika manusia melakukan sesuatu yang menyenangkan untuk dirinya.
Di saat yang sama, pelepasan norepinephrine membuat orang yang jatuh cinta enerjik, penuh euforia, dan bahkan insomnia. Lebih lanjut, ada pula serotonin, hormon yang mempengaruhi nafsu makan dan mood.
Untuk keterikatan (attachment), hormon yang terlibat ada dua yakni oksitoksin dan vasopressin. Keterikatan inilah yang menjadi fator dominan dalam hubungan dengan jangka waktu lama.
Di saat nafsu dan ketertarikan biasanya eksklusif hanya soal cinta yang romantis, keterikatan ada pula pada pertemanan, ikatan orangtua-anak, keramahan sosial dll.
(lth/lth)