Seperti Manusia, Tikus juga Suka Latah Menggaruk

CNN Indonesia
Selasa, 11 Okt 2022 04:40 WIB
Seperti manusia, tikus teryata punya kebiasaan latah menggaruk jika tikus di sekitarnya berbuat demikian.
Ilustrasi tikus. Tikus ternyata suka latah untuk menggaruk jika melihat tikus sekitarnya melakukan hal sama. Foto: AFP/RYAN M. KELLY
Jakarta, CNN Indonesia --

Sifat latah untuk menggaruk ternyata tak hanya terdapat pada manusia. Tikus yang buta pun ternyata bisa latah untuk berbuat hal yang sama.

Melansir Science Alert, kelatahan untuk menggaruk ternyata tidak melibatkan proses visual di otak. Itu artinya, ketika satu tikus menggaruk kepalanya, tikus terdekat juga akan berbuat hal yang sama.

Sepintas hal itu seperti melibatkan kekuatan supernatural. Namun pada manusia pun, ada sebuah rangkaian yang membuat kita tetap 'melihat' dan merespon stimuli visual ketika korteks visual, yang memproses informasi visual rusak.

ADVERTISEMENT

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Fenomena itu disebut dengan penglihatan buta (blindsight). Riset terkini menyiratkan, fenomena itu didasarkan pada lintasan subkortikal yang membawa informasi dari mata ke bagian lain di otak saat benar-benar melewati korteks visual.

Singkatnya, itu adalah jalan pintas syaraf yang membuat seseorang yang benar-benar buta untuk berjalan sembari menghindari rintangan yang tidak mereka sadari.

Nah, proses yang sama mungkin terjadi juga pada tikus yang melihat tikus lainnya sedang menggaruk. Perekaman aktivitas sel otak manusia menyiratkan 'penularan untuk menggaruk' dimulai dengan sel yang sensitif terhadap cahaya di retina.

Sel itu disebut dengan ipRGC (Intrinstically photosensitive retnial ganglion cells). Sel tersebut terhubung langsung dengan bagian kecil di otak yang bertanggungjawab untuk menimbulkan erakan menggaruk, disebut dengan suprachiasmatic nucleus (SCN).

Dahulu, para ilmuwan berspekulasi ipRGC memainkan peran penting dalam penglihatan buta. Meskipun hal itu belum pasti ditentukan.

ipRGC berkontribusi terhadap penglihatan dengan berbagai cara. Dalam pandangan yang lumrah, sel ipRGC kurang berperan dalam memberi gambaran visual. Namun demikian, riset terbaru pada tikus ini menunjukkan sebaliknya.

Pada saat percobaan, para ahli menghentikan ipRGC untuk mengirimkan sinyal. Alhasil, para hewan itu tidak lagi latah menggaruk, bahkan ketika para ahli tetap menjaga sistem visualnya tetap aktif.

Zhou Feng Chen dari Universitas Washington di St Louis mengatakan, gatal yang menular pada tikus ini penting untuk bertahan hidup. "Kita manusia juga mengalami yang menular, tetapi kami menemukan bahwa pada tikus tindakan menggaruk itu dikontrol lewat jalan yang tidak diketahui berperan untuk 'melihat' sesuatu. Itu artinya, tindakan imitatif ini sudah berlangsung lama, sikap untuk perlindungan," kata Chen.

"Maka dari itu, kami mengajukan bahwa ipRGC-SCN-PVT membuat jalur visual yang tak diketahui sebelumnya, yang mungkin berubah untuk gerakan visual yang mengkodekan petunjuk mencolok dari lingkungan dan membuat para hewan meniru perilaku sejenis sebagai mekanisme antisipatif untuk mengatasi kondisi buruk," kata para ahli dalam jurnal yang diterbitkan di Cell Reports.

(lth/lth)


[Gambas:Video CNN]
LAINNYA DI DETIKNETWORK
LIVE REPORT
TERPOPULER