AS Tuduh China bakal Klaim Bulan, Perang Dingin Jilid II Dimulai?

CNN Indonesia
Selasa, 03 Jan 2023 13:45 WIB
Kapsul Chang'e 5 China Sukses Mendarat Usai Misi ke Bulan. Rentetan kesuksesan China dalam misi luar angkasa membuat AS 'panas'. (AP/Anonymous)
Jakarta, CNN Indonesia --

Administrator Badan Penerbangan dan Antariksa AS (NASA), Bill Nelson mengakui China berpotensi mengklaim Bulan sebagai wilayahnya. Nelson juga mengakui, AS sedang dalam perlombaan dengan Negeri Tirai Bambu tersebut dalam hal eksplorasi antariksa.

"Itu sebuah fakta. Kami sedang dalam perlombaan luar angkasa," kata Nelson seperti dikutip RT.

"Benar pula bahwa kami lebih baik waspada bahwa mereka (China) tidak sampai ke Bulan dengan kedok riset ilmu pengetahuan. Bukan pula di luar kemungkinan bahwa mereka akan mengatakan ' Pergi, kami di sini. Inilah teritori kami," kata Nelson mengingatkan.

Merujuk sejarah, AS sendiri pernah terlibat perlombaan eksplorasi antariksa dengan Uni Soviet (kini Rusia) pada era 1940an hingga akhirnya Uni Soviet runtuh pada 1991.

Pada era yang disebut 'Perang Dingin' itu, kedua negara berlomba-lomba dalam kecanggihan teknologi untuk mengeksplorasi luar angkasa.

Salah satu 'peninggalan' Perang Dingin adalah keberhasilan AS mendaratkan Neil Armstrong dan Buzz Aldrin dalam misi Apollo 11 ke Bulan pada 1969. Hal itulah yang coba diulangi AS yang berniat mengirim manusia kembali ke Bulan pada 2025 lewat misi Artemis.

Di sisi lain, China tak mau kalah. Negara yang dipimpin Xi Jinping itu membuat beberapa kemajuan dalam misi eksplorasi luar angkasa termasuk Bulan dalam beberapa tahun terakhir. Pada 2019, China menjadi negara pertama yang mendaratkan wahana mereka di sisi luar Bulan sebagai bagian dari misi robotik Chang'e 4.

Dalam misi itu, China berhasil membawa sampel batuan Bulan kembali ke Bumi. China pun bertekad mengirim astronaut ke Bulan sebelum 2030.

Belum cukup sampai di situ, China juga ingin mendirikan stasiun riset di satelit Bumi tersebut.

Dalam beberapa tahun terakhir, China National Space Administration (CNSA) juga sukses mengirim orbiter dan wahana ke Mars, serta meluncurkan Stasiun Luar Angkasa Nasional mereka ke orbit Bumi.

"China dalam beberapa dekade terakhir sukses besar dan maju dalam program luar angkasa mereka," kata Nelson.

Lebih lanjut, Nelson pun mengutip sengketa di Kepulauan Spraty sebagai landasan atas tuduhannya tersebut. "Lihat apa yang mereka (China, red) buat di Pulau Spraty," kata Nelson.

Pulau Spraty merupakan gugus kepulauan yang ada di Laut China Selatan. Saat ini, wilayah itu menjadi sengketa antar sejumlah negara, namun China secara sepihak telah mendirikan pangkalan militer di sana.

Kekhawatiran terhadap sepak terjang China bukan hanya diungkap Nelson. Angkatan Udara divisi Antariksa AS (US Space Force) pun mengutarakan kekhawatiran yang senada.

Lihat Juga :

"Sangat mungkin mereka (China, red) bisa mengejar dan melewati kita. Itu sangat mungkin," kata Letnan Jenderal Nina Armagno saat mengunjungi Australia Desember lalu seperti dilansir Politico.

"Perkembangan yang mereka tunjukan benar-benar sangat cepat," katanya lagi.

Armagno mengatakan, China adalah satu-satunya negara yang ingin membentuk ulang tatanan dunia internasional "dan (menggunakan) kekuatan ekonomi, diplomatik, militern dan teknologi untuk mencapai tujuan itu," kata Armagno.

Dilansir Reuters, US Space Force didirikan pada 2019 sebagai angkatan keempat dalam militer AS. Space Force dibentuk untuk melawan peningkatan kemampuan China dalam eksplorasi ruang angkasa.

Sementara itu, menanggapi tudingan AS, China lewat juru bicara Kementerian Luar Negeri, Zhao Lijian membantah keras dengan menyebut "luar bukan tempat bersaing, tetapi untuk kooperasi yang saling menguntungkan"

"Eksplorasi ruang angkasa adalah untuk kemaslahatan manusia dan harus menguntungkan semuanya," kata Zhao menambahkan.

(lth)
KOMENTAR

ARTIKEL TERKAIT
TOPIK TERKAIT
TERPOPULER
LAINNYA DARI DETIKNETWORK