Kepiting fiddler jantan menggoda betinanya dengan cara tarian unik, yang jika dilakukan bersama bak koreografi. Masalahnya, teknik bereproduksi ini memiliki risiko serangan predator. Butuh nyali besar melakukannya.
Sebuah studi yang diterbitkan di jurnal Animal Behaviour menjelaskan bagaimana kepiting fiddler jantan (Austruca mjoebergi) menunjukkan kecenderungan mereka untuk melakukan tarian itu meski membuat terpapar risiko serangan predator.
Perilaku berisiko ini bahkan tidak punya perbedaan antara musim kawin atau bukan.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
"Kepiting fiddler jantan mencoba menarik perhatian kepiting fiddler betina dengan menampilkan tarian yang unik dan sinkron," tulis akun Historic Vids dalam sebuah unggahan pada Rabu (13/1).
Tarian rayuan kepiting fiddler ini disebut sebagai pertaruhan antara berkembang biak demi kelangsungan masa depan dan bertahan hidup demi kelangsungan diri sendiri.
Studi yang dilakukan peneliti dari Australian National University Jodie Gruber bersama rekannya mencoba mengupas pertaruhan yang dilakukan kepiting ini.
Pada musim kawin, kepiting fiddler jantan dalam jumlah besar akan menari untuk menarik perhatian betina.
Perilaku ini disebut memiliki risiko yang lebih rendah. Sebab, jumlah kepiting yang lebih banyak membuat risiko serangan predator pada satu individu kepiting menjadi lebih kecil.
Penelitian ini menggunakan kepiting fiddler jantan dan simulasi burung pemangsa yang melakukan gerakan rendah di atas habitat kepiting.
Kepiting fiddler sendiri menempati dan mempertahankan wilayah yang berisi liang yang berfungsi sebagai tempat kawin dan berlindung dari pemangsa.
Kepiting jantan melakukan pertunjukan yang rumit dan menghabiskan banyak energi. Pertunjukan ini melibatkan lambaian capit berulang kali sambil bergerak ketika keluar dan masuk ke liang mereka.
Para peneliti menggarisbawahi tiga poin utama dalam studi ini, yakni musim kawin dan non-musim kawin, kehadiran betina, serta kepadatan populasi.
Pada ketiga fokus tersebut, para peneliti juga menguji apakah kepiting fiddler jantan berlindung di liangnya atau tidak sebagai respons terhadap unggas predator yang disimulasikan. Jika kepiting-kepiting ini pergi berlindung, jarak waktu sebelum muncul kembali dari liangnya juga diukur.
Sebelumnya, Gruber dan rekan-rekannya memprediksi beberapa hal, salah satunya adalah kepiting akan lebih mungkin untuk tetap berada di atas tanah selama musim kawin.
Kemungkinan lainnya, mereka muncul kembali lebih cepat dari liangnya dibandingkan dengan bukan musim kawin karena manfaat reproduksi yang tersedia.
Selain itu, kepiting yang dihadapkan dengan betina selama periode kawin akan menunjukkan kecenderungan terendah untuk berlindung di liangnya atau latensi terpendek sebelum waktu kemunculan kembali.
Kemudian, kepiting fiddler dalam kepadatan populasi yang lebih tinggi akan lebih mungkin untuk tetap berada di atas tanah selama predator terbang melewati atau muncul kembali lebih cepat daripada spesies sejenis yang hidup dengan kepadatan yang lebih rendah.
Hasilnya, studi ini menunjukkan fiddler jantan yang hidup pada kepadatan populasi yang berbeda tidak berbeda secara signifikan dalam tanggapan mereka terhadap predator.
Meskipun, kepiting pada kepadatan populasi tinggi cenderung menghabiskan lebih sedikit waktu di liang mereka daripada spesies sejenis pada kepadatan rendah.
Selain itu, hanya 17 persen dari semua kepiting jantan yang diuji tetap berada di atas tanah meskipun ada predator. Kepiting jantan yang memasuki liangnya karena adanya predator muncul secara signifikan lebih cepat ketika ada kehadiran betina di lingkungannya.
Dengan demikian, perilaku pengambilan risiko untuk merayu betina ini tidak berbeda antara musim kawin dan tidak kawin.
Dilansir Vassar College, perilaku tersebut kemungkinan besar dikarenakan kelangkaan betina reseptif (terbuka) dalam populasi yang mengakibatkan peluang kawin yang rendah.
Kemungkinan kepiting fiddler jantan mendapatkan calon pasangan selama musim kawin sudah rendah karena rasio jantan dan betina yang mencari betina adalah 45 banding 1.
(lom/arh)