Studi Ungkap Alasan Sebenarnya di Balik Ketakutan pada Badut

CNN Indonesia
Minggu, 12 Mar 2023 09:34 WIB
Kenapa ada orang yang takut dengan badut? Pakar dari University of South Wales menjelaskan fenomena ini lewat survei psikologis.
Ilustrasi. Para ahli menjelaskan alasan ketakutan terhadap badut. (Dok. Warner Bros)
Jakarta, CNN Indonesia --

Efek karakter Pennywise di film horor IT bisa beralasan sebagai penyumbang utama ketakutan pada badut. Namun, kenapa masih ada yang takut pada sosok badut lain yang sebenarnya punya misi menghibur?

Jika menjadi salah satunya, Anda tak sendiri. Fenomena ini dinamakan sebagai koulrofobia (coulrophobia) atau ketakutan terhadap badut.

Berbagai studi menunjukkan ketakutan ini ada pada orang dewasa dan anak-anak di banyak kebudayaan yang berbeda. Meski banyak kemungkinan penjelasan tentang fobia ini dalam literatur akademik, tidak ada penelitian yang secara khusus menyelidiki asal-usulnya.

ADVERTISEMENT

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Para pakar dari psikologi dari University of South Wales kemudian menggelar studi untuk mencari penjelasan psikologis mengapa orang takut badut dan seberapa umum ketakutan terhadap badut pada orang dewasa.

Dikutip dari The Conversation, empat pakar itu, Philip Tyson, Shakiela Davies, Sophie Scorey, dan James Greville, melakukan survei terhadap 987 responden berusia 18 hingga 77 tahun.

Hasilnya, 53,5 persen responden mengaku takut pada badut, setidaknya hingga umur tertentu. Sementara, 5 persen lainnya mengaku sangat takut pada badut.

Persentase yang melaporkan ketakutan ekstrem terhadap badut sedikit lebih tinggi daripada yang dilaporkan untuk fobia lainnya.

Yakni, ketakutan terhadap hewan (3,8 persen), darah/suntikan/luka (3,0 persen), ketinggian (2,8 persen), air tenang atau cuaca (2,3 persen), ruang tertutup (2,2 persen), dan terbang (1,3 persen).

"Kami juga menemukan bahwa perempuan lebih takut pada badut daripada pria. Alasan perbedaan [antara lelaki dan perempuan] ini tidak jelas," kata para peneliti.

"Kami juga menemukan koulrofobia berkurang seiring bertambahnya usia, yang sekali lagi cocok dengan penelitian tentang ketakutan lain."

Asal usul

Survey mereka juga mencoba mencari tahu apa yang membuat lebih dari separuh responden takut terhadap badut. Sederet pertanyaan pun diberikan kepada 53,5 persen responden yang mengaku takut pada badut. Berikut rinciannya:

1. Perasaan yang menakutkan atau meresahkan akibat make-up badut yang membuat mereka terlihat tidak seperti manusia. Hal serupa terkadang terlihat pada boneka atau manekin.

2. Fitur wajah badut yang berlebihan menyampaikan rasa terancam secara langsung.

3. Makeup badut menyembunyikan sinyal emosional dan menciptakan ketidakpastian.

4. Warna makeup badut mengingatkan kita akan kematian, infeksi atau luka darah, dan membangkitkan rasa jijik atau penghindaran.

5. Perilaku badut yang tidak dapat diprediksi membuat kita tidak nyaman.

6. Ketakutan terhadap badut dipelajari dari anggota keluarga.

7. Penggambaran negatif badut dalam budaya populer.

8. Pengalaman menakutkan dengan badut.

Dari sederet pertanyaan itu, para pakar menemukan bahwa "memiliki pengalaman pribadi yang menakutkan dengan badut punya tingkat kesetujuan paling rendah [dari para responden]."

"Hal ini menunjukkan bahwa pengalaman hidup saja bukanlah penjelasan yang cukup untuk menjelaskan mengapa orang takut pada badut," lanjut Scorey dan rekan-rekannya.

Para peneliti mengungkap penggambaran negatif badut dalam budaya populer merupakan faktor yang jauh lebih kuat dalam memicu koulrofobia.

Contoh jelasnya adalah Pennywise, tokoh badut antagonis menyeramkan dari novel IT karya Stephen King (1986). Sosok ini makin 'nyata' usai menjadi sekuel film pada 2017 dan 2019 dengan diperankan oleh aktor Bill Skarsgård.

Masalahnya, kata peneliti, beberapa orang takut pada Ronald McDonald, maskot franchise makanan cepat saji yang tidak dimaksudkan untuk menakut-nakuti.

"Ini menunjukkan mungkin ada sesuatu yang lebih mendasar tentang penampilan badut yang meresahkan orang."

Faktanya, kata peneliti, "faktor terkuat [koulrofibia] yang kami identifikasi adalah sinyal emosional yang tersembunyi, yang menunjukkan bahwa bagi banyak orang, rasa takut terhadap badut karena tidak dapat melihat ekspresi wajah mereka akibat make-up."

Para pakar menilai ketidakmampuan melihat wajah asli membuat lumpuhnya pemahaman emosi sebenarnya si badut.

"Kita tidak dapat melihat wajah 'asli' mereka dan karena itu tidak dapat memahami maksud emosional mereka. Jadi, misalnya, kita tidak tahu apakah mereka mengerutkan kening atau alis berkerut, yang menandakan kemarahan."

"Tidak dapat mendeteksi apa yang dipikirkan badut atau apa yang mungkin mereka lakukan selanjutnya membuat sebagian dari kita gelisah ketika kita berada di sekitar mereka," tandas peneliti.

(lom/arh)
ARTIKEL
TERKAIT
REKOMENDASI
UNTUKMU LIHAT SEMUA
LAINNYA DI DETIKNETWORK
LIVE REPORT
TERPOPULER