Anggap Ugal-ugalan, Elon Musk Minta Riset AI Rehat Sejenak
CEO Twitter, Elon Musk beserta sejumlah tokoh dunia teknologi meminta riset ugal-ugalan kecerdasan buatan (AI) diberi jeda sementara. Permintaan ini tertuang dalam sebuah surat terbuka yang telah ditandatangani lebih dari 1300 orang.
Musk hanya satu dari sederet nama yang menandatangani surat terbuka tersebut. Mereka yang menandatangani surat yang diterbikan di Future of Life Institute tersebut merupakan pemimpin perusahaan teknologi, professor, hingga peneliti.
Surat tersebut mengatakan jeda penelitian tersebut harus diterapkan pada sistem AI yang "lebih kuat dari GPT-4." Surat tersebut juga mengatakan para ahli independen harus menggunakan jeda yang diusulkan untuk bersama-sama mengembangkan dan mengimplementasikan seperangkat protokol bersama untuk alat AI yang aman tanpa keraguan.
"AI tingkat lanjut dapat mewakili perubahan besar dalam sejarah kehidupan di Bumi, dan harus direncanakan dan dikelola dengan perhatian dan sumber daya yang sepadan," tulis surat tersebut.
"Sayangnya, tingkat perencanaan dan pengelolaan ini tidak terjadi, meskipun beberapa bulan terakhir ini laboratorium AI berada dalam perlombaan yang tidak terkendali untuk mengembangkan dan menggunakan kecerdasan digital yang semakin kuat yang tidak dapat dipahami, diprediksi, atau dikendalikan oleh siapa pun - bahkan oleh penciptanya sendiri."
Surat tersebut bahkan meminta pemerintah turun tangan dan membuat moratorium untuk membuat jeda pengembangan AI bisa terjadi.
Surat tersebut berselang dua pekan dari pengumuman GPT-4 oleh OpenAI. GPT-4 sendiri merupakan versi yang lebih kuat dari teknologi di balik alat chatbot AI ChatGPT.
Dalam pengujian awal dan demo perusahaan, teknologi ini ditunjukkan untuk menyusun tuntutan hukum, lulus ujian standar, dan bahkan membangun situs web dari sketsa yang digambar dengan tangan.
Dikutip dari CNN, perhatian banyak orang pada ChatGPT akhir tahun lalu membantu memperbarui perlombaan pengembangan dan penggunaan AI di antara perusahaan-perusahaan teknologi.
OpenAI, Microsoft dan Google berada di garis depan tren ini. Namun IBM, Amazon, Baidu dan Tencent juga sedang mengembangkan teknologi serupa. Banyak perusahaan rintisan kini juga sedang mengembangkan asisten penulisan AI dan generator gambar.
Para ahli kecerdasan buatan semakin khawatir tentang potensi alat AI untuk memberikan respons yang bias, kemampuan untuk menyebarkan informasi yang salah, dan dampaknya terhadap privasi konsumen.
Lihat Juga :101 SCIENCE Hewan Apa yang Gigitannya Paling Kuat? |
Alat-alat ini juga telah memicu pertanyaan tentang bagaimana AI dapat mengubah profesi, memungkinkan siswa untuk mencontek, dan mengubah hubungan kita dengan teknologi.
Surat terbuka tersebut menggambarkan potensi risiko yang lebih luas di dalam dan di luar industri dengan pesatnya kemajuan AI.
Beberapa tokoh yang menandatangani surat ini di antaranya, Co-Founder Apple Steve Wozniak, Co-Founder Pinterest Evan Sharp, CEO Getty Images Craig Peters, dan Co-Founder Ripple Chris Larsen.
Kemudian ada juga beberapa peneliti seperti President Bulletin of the Atomic Scientists Rachel Bronson, Pendiri dan Direktur Ilmiah di Mila, pemenang Turing Prize dan profesor di University of Montreal Yoshua Bengio, serta Professor of Computer Science di University of California, Berkeley Stuart Russell.
(lom/lth)