BMKG Sebut Aktivitas Subduksi Jadi Penyebab Gempa di Bali

Badan Meteorologi Klimatologi dan Geofisika (BMKG) mengungkapkan penyebab terjadinya gempa yang terjadi di Bali dengan magnitudo (M) 5,0. Gempa yang terjadi merupakan akibat adanya aktivitas subduksi.

"Dengan memperhatikan lokasi episenter dan kedalaman hiposenternya, gempabumi yang terjadi merupakan jenis gempabumi dangkal akibat adanya aktivitas subduksi,"ujar Koordinator Mitigasi Gempa dan Tsunami BMKG Daryono, Jumat (31/3).

Aktivitas subduksi adalah proses tektonisme yang terjadi pada batas dua lempeng baik antarlempeng benua, antarlempeng samudra maupun antara keduanya, saling bertumbukan.

Kemudian pada hasil analisis mekanisme sumber menunjukkan bahwa gempabumi memiliki mekanisme pergerakan naik (thrust fault).

Ia menjelaskan jenis gempa yang terjadi pada pukul 15.28 WIB dan mengguncang wilayah Bali Selatan ini merupakan jenis gempa tektonik. Hasil analisis BMKG gempa episentrumnya terletak pada koordinat koordinat 9,67° LS ; 115,15° BT.

"Atau tepatnya berlokasi di laut pada jarak 90 kilometer arah Selatan Kota Denpasar, Bali pada kedalaman 53 kilometer," ujarnya.

Lebih lanjut dia menjelaskan gempa dirasakan di daerah Badung dengan skala intensitas II sampai III MMI atau getaran dirasakan nyata di dari dalam rumah serasa ada getaran akibat truk melintas.

Berdasarkan hasil monitoring BMKG, kata Daryono, hingga pukul 15.50 WIB pihaknya belum menemukan adanya tanda gempa susulan atau aftershock.

Sebelumnya, Gempa bumi berkekuatan magnitudo 5,0 dilaporkan terjadi di Bali, Jumat (31/3). Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) menyatakan gempa tak berpotensi tsunami.

BMKG mencatat gempa terjadi sekitar pukul 15.28 WIB. Pusat gempa berada 97 kilometer barat daya Kuta Selatan dengan kedalaman 10 kilometer.

"Tidak berpotensi tsunami," demikian informasi dari akun Twitter @InfoBMKG.

BMKG meminta masyarakat untuk waspada terhadap potensi gempa susulan. Belum diketahui apakah gempa ini memicu kerusakan dan menimbulkan korban.