Studi Ungkap Masih Banyak Orang Baik di Dunia Ini, Tak Terbatas Budaya

CNN Indonesia
Senin, 15 Mei 2023 07:46 WIB
Tak usah terlalu fokus dengan trust issue Anda. Para ahli mengungkap masih banyak orang-orang di dunia ini yang memberi kebaikan tanpa pamrih.
Ilustrasi. Studi ungkap orang baik masih banyak di dunia ini. (iStockphoto/ilkercelik)
Jakarta, CNN Indonesia --

Masih adakah orang baik di dunia ini yang rela memberi pertolongan tanpa pamrih? Para pakar membuktikan bahwa skeptisisme itu perlu disingkirkan.

Hal itu terungkap dalam sebuah studi gabungan dari Universitas California (UCLA), Australia, Ekuador, Jerman, Belanda, dan Inggris yang mendalami perilaku di kota dan pedesaan di beberapa negara berbeda.

Hasilnya adalah bahwa orang lebih sering memenuhi permintaan bantuan ini ketimbang menolaknya.

ADVERTISEMENT

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Temuan ini menunjukkan orang-orang dari semua budaya memiliki perilaku kooperatif yang lebih mirip daripada penelitian sebelumnya.

Studi yang dipimpin oleh sosiolog UCLA Giovanni Rossi ini juga menemukan individu terus-menerus mengandalkan satu sama lain untuk membantu.

Dalam studi yang dipublikasikan di Scientific Reports tersebut, para peneliti mengeksplorasi kapasitas manusia untuk bekerja sama. Individu memberi sinyal perlunya bantuan, seperti meminta seseorang untuk memberikan perkakas.

Penelitian mengungkapkan permintaan bantuan tersebut bukannya tidak dijawab. Di berbagai budaya, orang lebih sering memenuhi permintaan kecil daripada menolaknya.

Temuan baru ini membantu memecahkan teka-teki yang dihasilkan oleh penelitian antropologi dan ekonomi sebelumnya, yang menekankan variasi dalam aturan dan norma yang mengatur kerja sama.

Misalnya, pemburu paus di Lamalera, Nusa Tenggara Timur, mengikuti aturan yang ditetapkan tentang cara berbagi tangkapan besar; pemburu Hadza di Tanzania cenderung berbagi makanan karena takut menimbulkan gosip negatif.

Namun di Kenya, penduduk desa Orma membayar barang publik seperti proyek jalan sebagai bentuk pemberian. Penduduk desa Gnau di Papua Nugini, sebaliknya, akan menolak tawaran semacam itu karena bisa menimbulkan perbedaan dengan warga lain.

"Perbedaan budaya seperti ini telah menciptakan teka-teki untuk memahami kerja sama dan saling membantu di antara manusia," kata Rossi, penulis pertama makalah tersebut.

"Apakah keputusan kita tentang berbagi dan membantu dibentuk oleh budaya tempat kita tumbuh? Atau apakah manusia pada dasarnya murah hati dan suka memberi?"

Analisis rekaman

Untuk menjawab pertanyaan tersebut, penulis menganalisis lebih dari 40 jam rekaman video dari kehidupan sehari-hari yang melibatkan lebih dari 350 individu di lokasi yang beragam secara geografis, bahasa dan budaya.

Sampel itu diambil di berbagai kota di Inggris, Italia, Polandia dan Rusia, dan pedesaan di Ekuador, Ghana, Laos dan Aborigin Australia.

Analisis berfokus pada urutan di mana satu orang mengirim sinyal untuk meminta bantuan, seperti meminta secara langsung dan bagaimana orang lain merespons.

Penulis mengidentifikasi lebih dari 1.000 permintaan semacam itu terjadi rata-rata sekali setiap 2 menit.

Orang-orang memenuhi permintaan kecil tujuh kali lebih sering daripada yang mereka tolak, dan enam kali lebih sering daripada yang mereka abaikan.

Orang terkadang menolak atau mengabaikan permintaan kecil, tetapi jauh lebih jarang daripada yang mereka patuhi. Rata-rata tingkat penolakan 10 persen dan pengabaian 11 persen, jauh lebih rendah dari rata-rata tingkat kepatuhan 79 persen.

Preferensi atau kecenderungan kepatuhan hadir di semua budaya dan tidak terpengaruh oleh faktor apakah interaksi itu antara anggota keluarga atau bukan.

Orang membantu tanpa penjelasan, tetapi ketika mereka menolak, 74 persen dari waktu mereka memberikan alasan yang jelas.

Hal itu menunjukkan bahwa orang menolak membantu hanya untuk alasan yang baik, mereka memberikan bantuan tanpa syarat, tanpa perlu menjelaskan mengapa mereka melakukannya.

Rossi mengatakan membantu adalah refleks yang tertanam dalam spesies manusia.

"Sementara variasi budaya ikut bermain untuk acara-acara khusus dan pertukaran biaya tinggi, ketika kita memperbesar interaksi sosial tingkat mikro, perbedaan budaya sebagian besar hilang, dan kecenderungan spesies kita untuk memberikan bantuan saat dibutuhkan menjadi terlihat secara universal," kata dia dikutip ScienceDaily.

(can/arh)
LAINNYA DI DETIKNETWORK
LIVE REPORT
TERPOPULER