Pakar Ungkap Sebab Kekeringan Kilat bakal Makin Sering Terjadi

CNN Indonesia
Jumat, 09 Jun 2023 13:10 WIB
Sejumlah pakar mengungkap dampak pemanasan iklim terhadap kekeringan yang semakin sering terjadi. Cek prosesnya.
Ilustrasi. Pakar mengungkap pemanasan iklim membuat kekeringan kilat semakin sering terjadi. (iStock/Joa_Souza)
Jakarta, CNN Indonesia --

Penelitian di Universitas Oklahoma, Amerika Serikat (AS), mengungkap pemanasan iklim membuat peningkatan frekuensi kekeringan kilat.

Hal itu terungkap dalam studi peneliti postdoctoral Jordan Christian berjudul 'Proyeksi global kekeringan kilat (flash) menunjukkan peningkatan risiko dalam iklim yang memanas' yang diterbitkan Jumat (26/5) di Nature Communications Earth and Environment.

Lewat jurnal itu, Christian meneliti perubahan frekuensi kekeringan dan dampaknya di sektor pertanian.

ADVERTISEMENT

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

"Dalam penelitian ini, proyeksi perubahan frekuensi kekeringan dan risiko lahan pertanian akibat kekeringan kilat dikuantifikasi dengan menggunakan simulasi model iklim global," kata Christian.

Ia dan tim menemukan kejadian kekeringan diperkirakan akan meningkat secara global di antara semua skenario, dengan peningkatan paling tajam terlihat pada skenario dengan radiative forcing yang lebih tinggi, pengaruh penggunaan bahan bakar fosil yang masif.

Radiative forcing menggambarkan ketidakseimbangan radiasi di mana lebih banyak radiasi yang masuk ke atmosfer bumi daripada yang keluar.

Seperti halnya pembakaran bahan bakar fosil, aktivitas ini merupakan salah satu kontributor paling signifikan terhadap pemanasan iklim.

Perubahan iklim diperkirakan akan meningkatkan kejadian cuaca buruk seperti badai, banjir bandang, kekeringan dan bencana lainnya.

Christian memprediksi risiko kekeringan di lahan pertanian diperkirakan akan meningkat secara global, dengan peningkatan terbesar diproyeksikan terjadi di Amerika Utara dan Eropa.

"Model Coupled Model Intercomparison Project Phase 6 (CMIP6) memproyeksikan peningkatan 1,5 kali lipat risiko tahunan kekeringan cepat di lahan pertanian di seluruh Amerika Utara pada tahun 2100," kata dia.

Jeffrey Basara, direktur asosiasi eksekutif program hidrologi dan keamanan air di Universitas Oklahoma juga telah meneliti cara-cara untuk meningkatkan identifikasi dan prediksi kekeringan sejak 2017.

Hal itu dalam beberapa makalah yang diterbitkan di Journal of Hydrometeorology, Environmental Research Letters, dan Nature Communications.

"Studi ini terus menekankan bahwa produsen pertanian, baik domestik maupun luar negeri, akan menghadapi peningkatan risiko yang terkait dengan ketersediaan air karena perkembangan kekeringan yang cepat," tuturnya dikutip dari Science Daily.

 

(can/lth)
LAINNYA DI DETIKNETWORK
LIVE REPORT
TERPOPULER