Hampir semua smartphone masa kini tidak lagi memiliki baterai yang bisa dicopot-pasang. Apa alasan di balik perubahan tersebut?
Baru-baru ini, Uni Eropa mengeluarkan peraturan yang mengharuskan pabrikan smartphone memproduksi perangkat dengan baterai yang mudah diganti. Uni Eropa beralasan, hal itu "akan lebih menguntungkan bagi lingkungan dan pengguna.
Mengutip situs resmi Uni Eropa, ada 578 peserta yang pro, 9 kontra, dan 20 abstain saat pengambilan suara. Setelah pemungutan suara berakhir, parlemen Uni Eropa akan secara formal membuat teks undang-undangnya sebelum dipublikasikan di jurnal resmi Uni Eropa.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Lihat Juga : |
Dilansir Times of India, tren ponsel tanpa baterai copot-pasang sendiri dimulai oleh Apple lewat iPhone. Selanjutnya, langkah itu mau tak mau ditiru oleh produsen ponsel lainnya.
Pasalnya, konsumen menginginkan ponsel yang lebih canggih. Sebelumnya, ponsel dengan baterai copot-pasang masih beredar paling tidak hingga 2010.
Hal yang sama juga terjadi di sektor laptop. Para pabrikan laptop mulai memproduksi laptop dengan baterai tanam.
Ada beberapa alasan di balik perubahan tren ini.
Pertama, baterai tanam dipandang lebih aman bagi para konsumen. Baterai mengandung elektrolit yang memisahkan elektroda katoda dan anoda yang menyimpan energi.
Elektroda itu bisa menghasilkan panas yang disebabkan oleh arus pendek jika ada kontak langsung. Lebih lanjut, hal tersebut bisa menimbulkan reaksi panas internal yang membuat baterai berpotensi meledak.
Baterai tanam pada smartphone biasanya lebih tahan lama lantaran berjenis lithium-ion dan lithium-polimer. Kedua material itu membuat baterai tahan paling tidak hingga satu hari.
Itu berarti, pengguna tidak perlu membawa baterai cadangan dan menggantinya sebelum habis. Selain itu, peningkatan teknologi pengisian ulang juga membuat baterai smartphone masa kini cepat penuh kembali.
Lihat Juga : |
Smartphone masa kini memiliki kemampuan pelacakan untuk mengantisipasi kehilangan atau pencurian. Dengan kemampuan itu, pengguna bisa melacak perangkatnya jika hilang atau dicuri.
Namun kemampuan tersebut akan hilang jika smartphone tidak memiliki baterai tanam. Pasalnya, pelacakan akan mati jika baterai smartphone dicabut.
Alhasil, baterai tanam membantu pengguna untuk tetap dapat melacak perangkat mereka.
Akan tetapi, baterai tanam juga menyimpan beberapa kekurangan. Misalnya, pengguna harus membawa power bank untuk mengisi ulang perangkat mereka.
Selain itu, baterai tanam juga masih memiliki masalah yang sama dengan baterai copot-pasang yakni penggelembungan. Terakhir, smartphone dengan baterai tanam biasanya menyulitkan bagi para teknisi pihak ketiga dalam hal perbaikan.
(lth)