Studi Ungkap Perubahan Iklim Sebabkan Penyusutan Otak Manusia

lom | CNN Indonesia
Selasa, 04 Jul 2023 14:00 WIB
Perubahan iklim ternyata mempunyai kaitan dengan penyusutan otak manusia.
Ilustrasi. Sebuah studi mengungkap perubahan iklim ternyata berdampak terhadap otak manusia. (iStockphoto/Firstsignal)
Jakarta, CNN Indonesia --

Sebuh studi terbaru menyebut perubahan iklim berkaitan dengan penyusutan otak yang terjadi pada manusia.

Studi yang dilakukan Jeff Morgan Stibel, ilmuwan dari Natural History Museum di California, ini memberikan pemahaman tentang bagaimana manusia berkembang dan beradaptasi dalam menanggapi tekanan lingkungan.

"Mengingat tren pemanasan global saat ini, sangat penting untuk memahami dampak perubahan iklim, jika ada, terhadap ukuran otak manusia dan pada akhirnya perilaku manusia." tulis Stibel dalam penelitiannya yang diterbitkan di jurnal Brain, Behavior, and Evolution.

ADVERTISEMENT

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Lihat Juga :

Penelitian tersebut mengamati bagaimana ukuran otak 298 spesimen Homo berubah selama 50.000 tahun terakhir dan kaitannya dengan catatan alami suhu global, kelembapan, serta curah hujan. Ketika iklim menjadi lebih hangat, ukuran otak rata-rata para spesimen tumbuh lebih kecil daripada ketika iklim lebih dingin.

Penelitian Stibel sebelumnya tentang penyusutan otak mendorong penyelidikan ini karena ia ingin memahami akar penyebabnya.

"Memahami bagaimana otak berubah dari waktu ke waktu pada hominin sangat penting, tapi sangat sedikit penelitian yang dilakukan tentang hal ini," kata Stibel, dikutip dari Sciencealert.

"Kita tahu bahwa otak telah berkembang di seluruh spesies selama beberapa juta tahun terakhir, namun kita hanya tahu sedikit tentang tren makroevolusi lainnya," tambahnya.

Stibel memperoleh data ukuran tengkorak dari sepuluh sumber terpisah yang telah dipublikasikan, dengan total 373 pengukuran dari 298 tulang manusia selama 50.000 tahun.

Dia memasukkan estimasi ukuran tubuh yang disesuaikan dengan wilayah geografis dan jenis kelamin untuk memperkirakan ukuran otak.

Fosil-fosil tersebut dikelompokkan berdasarkan berapa lama mereka hidup, dan Stibel melakukan penelitiannya dengan menggunakan empat rentang usia fosil yang berbeda yaitu 100 tahun, 5.000 tahun, 10.000 tahun, dan 15.000 tahun untuk membantu mengoreksi kesalahan penanggalan.

Kemudian, Stibel membandingkan ukuran otak dengan empat catatan iklim, termasuk data suhu dari European Project for Ice Coring in Antartika (EPICA) Dome C. Inti es di EPICA Dome C diketahui memberikan pengukuran yang akurat terhadap suhu permukaan sejak lebih dari 800.000 tahun yang lalu.

Dalam 50.000 tahun terakhir, telah terjadi Glasial Maksimum Terakhir, yang menyebabkan suhu rata-rata secara konsisten lebih dingin hingga pengujung periode Pleistosen Akhir. Holosen kemudian mengalami peningkatan suhu rata-rata, yang membawa kita ke zaman sekarang.

Analisis menunjukkan pola umum perubahan ukuran otak pada Homo, yang berkorelasi dengan perubahan iklim saat suhu naik dan turun. Manusia mengalami penurunan yang cukup besar dalam ukuran otak rata-rata, yaitu sekitar 10,7 persen, selama periode pemanasan Holosen.

"Perubahan ukuran otak tampaknya terjadi ribuan tahun setelah perubahan iklim, dan ini terutama terlihat setelah maksimum glasial terakhir, sekitar 17.000 tahun," terang Stibel dalam makalahnya.

"Sementara [aklimatisasi] berlangsung dalam satu generasi dan seleksi alam dapat terjadi dalam beberapa generasi berikutnya, adaptasi pada tingkat spesies sering kali menurun pada generasi berikutnya," lanjutnya.

Pola evolusi ini terjadi dalam waktu yang relatif singkat, berkisar antara 5.000 hingga 17.000 tahun, dan tren yang ada menunjukkan pemanasan global yang sedang terjadi saat ini dapat berdampak buruk pada kognisi manusia.

"Bahkan sedikit saja pengurangan ukuran otak pada manusia yang masih ada dapat berdampak pada fisiologi kita dengan cara yang belum sepenuhnya dipahami," kata Stibel.

Lebih lanjut, analisis menunjukkan tingkat kelembapan dan curah hujan juga berpengaruh pada pertumbuhan otak. Meski suhu merupakan faktor yang lebih signifikan, penelitian ini menemukan korelasi yang lemah antara musim kemarau dan volume otak yang sedikit lebih besar.

Namun, masih ada pertanyaan tentang apa yang sebenarnya menyebabkan variasi ukuran otak Homo. Hasil penelitian menunjukkan perubahan iklim terkait dengan perbedaan ukuran otak, tapi iklim tampaknya tidak menjelaskan semua variasi evolusi.

Menurut Stibel, faktor ekosistem seperti predator, efek iklim tidak langsung seperti vegetasi dan produksi primer bersih, atau faktor non-klimatologi seperti budaya dan teknologi dapat berkontribusi pada perubahan ukuran otak.

"Hasil penelitian menunjukkan bahwa perubahan iklim dapat memprediksi ukuran otak Homo, dan perubahan evolusioner tertentu pada otak mungkin merupakan respons terhadap tekanan lingkungan," ujar Stibel.

"Penelitian lebih lanjut diperlukan untuk menentukan apakah dampak perubahan iklim pada fisiologi Homo merupakan hasil dari perubahan suhu atau efek tidak langsung dari elemen lain dari lingkungan yang berubah," pungkasnya.



[Gambas:Video CNN]
LAINNYA DI DETIKNETWORK
LIVE REPORT
TERPOPULER