Misteri Batu Berjalan di Tempat Terpanas Bumi, Pakar Jelaskan Faktanya

CNN Indonesia
Jumat, 21 Jul 2023 14:28 WIB
Pakar menjelaskan penyebab fenomena batu berjalan di Death Valley, AS, yang sempat menjadi misteri.
Death Valley, California, AS. (AP/John Locher)
Jakarta, CNN Indonesia --

Fenomena batu berjalan di wilayah Death Valley, California, Amerika Serikat (AS) sempat menjadi misteri. Faktanya, bebatuan ini bergerak karena terdorong oleh mencairnya panel-panel es tipis serta dorongan angin lemah saat musim dingin.

Batu-batu bergerak yang dikenal sebagai Sailing Rock di Racetrack Playa, Death Valley National Park, telah diamati dan dipelajari sejak awal 1900-an. Dahulu, diperkirakan angin kencang mendorong batu-batu tersebut.

Teori yang lebih fantastis melibatkan medan magnet hingga alien. Death Valley sendiri dikenal sebagai tempat terpanas di Bumi, apalagi saat gelombang panas melanda dengan rekor 53,3 derajat Celsius.

ADVERTISEMENT

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Pada Agustus 2014, sekelompok peneliti yang dibantu oleh Scripps Institution of Oceanography, NASA, dan beberapa lembaga lainnya mengumumkan mereka telah memecahkan misteri tersebut.

Dikutip dari Earthsky, tim peneliti yang dipimpin oleh Scripps Institution of Oceanography, University of California (UC) San Diego, mengungkap misteri fenomena tersebut.

Studi itu dilakukan pada musim dingin 2011. Ralph Lorenz dari Laboratorium Fisika Terapan di Johns Hopkins University, salah satu penulis makalah, menyebutnya sebagai "eksperimen paling membosankan yang pernah ada."

Ahli paleobiologi Richard Norris bersama sepupunya, James M. Norris, mendirikan Slithering Stones Research Initiative, stasiun cuaca di dekat Racetrack Playa. Mereka menambahkan 15 batu yang ditempeli pelacak GPS ke dalam playa (area di cekungan gurun yang jadi titik penguapan kilat).

Pada 4 Desember dan 20 Desember 2013, mereka menyaksikan menangkap batu-batu mereka meluncur melintasi playa dengan kecepatan hingga 3-5 meter per menit.

Mereka juga melihat banyak contoh batu bergerak lainnya, dan menjadi orang pertama di dunia yang melihat batu-batu itu bergerak secara langsung.

"Sains terkadang punya unsur keberuntungan," kata Richard Norris, dikutip dari situs UC San Diego, "Kami berharap menunggu lima atau sepuluh tahun tanpa ada yang bergerak, tetapi hanya dua tahun setelah proyek, kami kebetulan berada di sana pada waktu yang tepat untuk melihatnya secara langsung."

Menurutnya, pergerakan batu itu terjadi selama kombinasi kondisi yang jarang terjadi di musim dingin.

Norris menyebut harus ada lapisan air yang dangkal di dasar danau yang kering dan suhu malam hari yang cukup dingin untuk pembentukan lapisan es yang tipis.

Kemudian, pada hari-hari yang cerah, pencairan menyebabkan es pecah menjadi panel-panel besar mengambang yang jika didorong oleh angin lemah akan mendorong bebatuan untuk memindahkannya, dan lalu meninggalkan jejak di lantai gurun.

Studi tim ini pun diterbitkan dan diulas rekan sejawat di Jurnal PLOS ONE.

[Gambas:Video CNN]



(lom/arh)
LAINNYA DI DETIKNETWORK
LIVE REPORT
TERPOPULER