Kenapa Kualitas Udara di Kalbar Kian Memburuk?
Kualitas udara di Provinsi Kalimantan Barat sedang tidak sehat. Hal ini terbukti dari indeks kuaitas udara atau air quality index (AQI) yang menunjukkan polusi udara sejumlah kota di Kalbar buruk.
Udara di Ibu Kota Kalbar, Pontianak dalam beberapa hari terakhir tercatat sangat tidak sehat, bahkan sampai berbahaya.
Menurut data situs pemantau kualitas udara IQAir, pada Selasa (15/8) pukul 03.00 WIB, indeks kualitas udara di Pontianak mencapai 334 dan masuk kategori berbahaya.
Pengukuran situs IQAir ini berdasarkan kadar PM2.5, yang merupakan partikel udara lebih kecil dari 2,5 mikron yang biasanya berasal dari asal kendaraan bermotor dan pabrik, di udara.
Selain Pontianak, kota-kota lainnya di Kalbar seperti Terentang juga mengalami polusi udara. Pada Rabu pagi (16/8) skor indeks kualitas udara di kota itu mencapai 159 dan masuk kategori tidak sehat.
Situs IQAir menyatakan konsentrasi PM 2.5 di Terentang mencapai 71,3 µg/m³. Jumlah ini 14,3 kali lipat di atas ambang panduan Badan Kesehatan Dunia (World Health Organization).
Kenapa kualitas udara di Kalbar buruk?
Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) mencatat, sesuai citra sebaran asap ada sebaran asap yang terdeteksi di sejumlah wilayah Kalimantan, termasuk di Kalbar.
"Terdeteksi asap di wilayah Kalimantan Barat, Kalimantan Tengah, dan Kalimantan Selatan," kata BMKG dalam laman resminya.
"Arah angin di Indonesia pada umumnya bertiup dari Tenggara ke Barat Laut - Timur Laut. Tidak terdeteksi adanya Transboundary Haze," lanjut BMKG.
Kualitas udara yang buruk di Kalbar juga disebabkan oleh kebakaran hutan dan lahan (karhutla) yang kian meluas dan menimbulkan kabut asap. Saat ini jumlah titik panas (hotspot) di Kalbar semakin banyak, berdasarkan pantauan BMKG Supadio Pontianak terdapat lebih dari 1.700 titik panas di seluruh Kalbar.
Gubernur Kalbar Sutarmidji mengatakan pihaknya saat ini juga tengah berupaya mencegah agar karhutla tidak meluas di wilayahnya.
"Kebakaran hutan dan lahan adalah ancaman serius bagi lingkungan dan kesehatan masyarakat. Kami bekerja keras bersama TNI/Polri dan BPBD untuk meredam api yang merajalela, namun, satu kendala besar yang kami hadapi adalah minimnya pasokan air yang diperlukan untuk memadamkan api," kata Sutarmidji, mengutip Antara.
Dinas Pendidikan dan Kebudayaan Kalimantan Barat juga sudah menginstruksikan agar sekolah tingkat SMA/SMK membatasi aktivitas di luar kelas imbas kabut asap.
"Yang telah diterapkan di lingkungan sekolah mencakup pemakaian masker bagi siswa dan staf, serta peningkatan asupan cairan agar tubuh tetap terhidrasi dengan baik. Selain itu, aktivitas di luar kelas juga dibatasi untuk mengurangi paparan udara yang tidak sehat," kata Kepala Dinas Pendidikan dan Kebudayaan Kalbar Rita Hastarita.