Misi antariksa Rusia Luna-25 gagal mendarat dan malah menabrak Bulan. Pakar menduga kegagalan wahana ini mendarat di Bulan karena ada masalah pada kelistrikan.
Valery Yegorov, mantan peneliti program antariksa Rusia menduga kegagalan wahana tersebut terkait dengan masalah listrik, yang mungkin diakibatkan oleh sanksi Barat terhadap Moskow.
"Peluncuran Luna-25 ditunda beberapa kali dalam lima tahun terakhir, karena sanksi yang dijatuhkan kepada Rusia sebagai tanggapan atas pencaplokan Krimea," kata Yegorov, mengutip Moscow Times, Senin (21/8).
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
"Ilmu pengetahuan, penelitian fundamental, semacam gagasan humanistik tentang kolonisasi ruang angkasa, tentang mengungkap rahasia alam semesta, jelas bukan prioritas saat ini," kata Yegorov.
Victoria Samson, direktur kantor Washington untuk Secure World Foundation, sebuah lembaga nirlaba yang mempromosikan eksplorasi luar angkasa menyebut peluncuran Luna-25 memang dibayangi sejumlah masalah.
"Mereka mengalami banyak masalah dengan kontrol kualitas, korupsi, dan pendanaan," kata Victoria, mengutip CNN.
Berita kegagalan Luna-25 memantik simpati seluruh komunitas luar angkasa.
Thomas Zurbuchen, mantan kepala sains NASA, mengatakan dalam sebuah unggahan di media sosial, tidak ada seorang pun di industri ini yang mengharapkan hal buruk pada penjelajah lain.
"Kita diingatkan bahwa pendaratan di benda langit mana pun sama sekali tidak mudah & langsung. Hanya karena orang lain berhasil melakukannya beberapa dekade yang lalu, tidak menjamin kesuksesan hari ini," kata Thomas.
Luna-25 merupakan misi pertama Rusia ke Bulan dalam kurun waktu 50 tahun terakhir, namun gagal setelah mengalami kecelakaan.
Lihat Juga : |
Badan antariksa Rusia, Roscosmos mengatakan insiden ini terjadi saat Luna-25 melakukan manuver pra-pendaratan. Komunikasi dengan Luna-25 terputus pada pukul 14:57 (11:57 GMT) pada hari Sabtu.
"Wahana tidak ada lagi setelah tabrakan dengan permukaan Bulan. Langkah-langkah yang diambil pada 19 dan 20 Agustus untuk menemukan pesawat dan melakukan kontak dengannya tidak berhasil," kata Roscosmos dalam keterangan resminya.
Rusia akan melakukan penyelidikan untuk mengetahui penyebab kecelakaan itu, tanpa memberikan indikasi apa pun tentang masalah teknis apa yang terjadi pada wahana antariksa tersebut.
Sampai saat ini belum ada penjelasan lebih lanjut dari Roscosmos terkait penyebab gagalnya pendaratan Luna-25 di Bulan.
Roscosmos mengatakan sebuah "keadaan darurat" telah terdeteksi selama manuver yang dilakukan oleh wahana tersebut sebelum pendaratannya, sehingga operasi tidak dapat dilakukan.
Wahana ini diluncurkan pada 11 Agustus dan diklaim bakal menjadi era baru eksplorasi ruang angkasa Rusia. Misi Bulan Rusia terakhir yang mengangkasa adalah Luna-24 pada 1976 ketika negara ini masih menjadi bagian dari Uni Soviet.
Jika berhasil mendarat di Bulan, Luna-25 akan menggunakan peralatan tersebut untuk berburu es air dan melakukan berbagai penyelidikan di wilayah kutub selatan yang belum pernah didatangi wahana penjelajah sampai saat ini. Kendati gagal ketika hendak mendarat, misi Luna-25 sebelumnya sempat berjalan lancar, bahkan berhasil memotret permukaan Bulan.
Gagalnya Luna-25 jadi pukulan telak bagi rencana Rusia untuk menerbangkan serangkaian misi ke Bulan dan upayanya untuk mengembangkan kru antariksa yang berbasis di Bulan bersama China.
Roscosmos sebelumnya berencana melanjutkan Luna-25 dengan pengorbit Bulan lain, Luna-26, dan kemudian dua misi pendaratan lainnya: Luna-27, yang akan mengirimkan rig pengeboran ke permukaan Bulan. Selain itu ada Luna-28, sebuah misi pengumpulan sampel yang bertujuan untuk mengirimkan material dari daerah kutub Bulan ke Bumi.