Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) mengungkapkan gempa bumi yang mengguncang Kepulauan Talaud, Sulawesi Utara, Magnitudo (M) 6,3 pada Selasa (26/9) disebabkan aktivitas subduksi lempeng.
"Dengan memperhatikan lokasi episenter dan kedalaman hiposenternya, gempa bumi yang terjadi merupakan jenis gempa bumi menengah akibat adanya aktivitas subduksi lempeng," kata Kepala Pusat Gempa bumi dan Tsunami BMKG Daryono dalam keterangannya, Selasa (26/9).
Ia menjelaskan berdasarkan analisis mekanisme sumber menunjukkan bahwa gempa ini memiliki mekanisme pergerakan naik atau thrust fault.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Gempa terjadi pada pukul 08.39.47 WIB wilayah Pantai Timur Kepulauan Talaud, Sulawesi. Hasil analisis BMKG menunjukkan gempa memiliki parameter update M 6,1.
Kemudian episenter gempa terletak pada koordinat 4,60° LU; 127,41° BT, atau tepatnya berlokasi di laut pada jarak 40 kilometer arah Tenggara Pulau Karatung, Sulawesi Utara pada kedalaman 109 kilometer.
Hingga saat ini belum ada laporan dampak kerusakan yang ditimbulkan akibat gempa bumi tersebut. Hasil pemodelan BMKG menunjukkan bahwa gempa ini tidak berpotensi tsunami.
Hingga pukul 08.55 WIB, kata Daryono, hasil monitoring BMKG belum menunjukkan adanya aktivitas gempa bumi susulan (aftershock).
BMKG mengimbau agar masyarakat tetap tenang dan tidak terpengaruh oleh isu yang tidak dapat dipertanggungjawabkan kebenarannya. Selain itu, masyarakat juga diimbau agar menghindari bangunan yang retak atau rusak diakibatkan oleh gempa.
"Periksa dan pastikan bangunan tempat tinggal anda cukup tahan gempa, ataupun tidak ada kerusakan akibat getaran gempa yang membahayakan kestabilan bangunan sebelum anda kembali ke dalam rumah," kata Daryono.
Sebelumnya, gempa M6,3 mengguncang pulau Karatung, Kepulauan Talaud pada Selasa (26/9) pukul 08.55 WIB. BMKG mengklaim gempa tak memicu tsunami.