Catatan Perjalanan

Agats dan Cahaya Palapa Ring Timur

Pancaran cahaya dari layar ponsel menerangi wajah Samuel pada suatu petang di awal November lalu. Sambil sesekali jempolnya menggulirkan layar di ponsel, ia terlihat asyik sendiri dalam keseruannya menikmati cuplikan gol-gol spektakuler idolanya, Lionel Messi, pemain bola terkenal dari Argentina.

“Saya suka lihat Messi. Jago betul dia,” ujar Samuel singkat.

Samuel acap kali menghabiskan waktu dari sore hingga malam di Puskesmas Agats hanya untuk menggunakan layanan internet gratis. Puskesmas Agats jadi salah satu titik tempat Wi-Fi gratis, BAKTI Aksi, yang disediakan oleh Badan Aksesibilitas Telekomunikasi dan Informasi Kementerian Komunikasi dan Informatika (BAKTI Kominfo) di Agats, Kabupaten Asmat, Papua Selatan.

Usai jam operasional, teras puskesmas otomatis berubah jadi tempat nongkrong warga Agats berburu Wi-Fi gratis. Kehadiran layanan internet di Agats yang semakin kencang berkat kehadiran Palapa Ring Timur. Distrik Agats, ibu kota Kabupaten Asmat itu merupakan wilayah pertama yang menikmati jaringan internet menggunakan fasilitas Palapa Ring Paket Timur sejak 2019.

Setiap sore hingga tengah malam, sebagian warga Agats asyik menggunakan Wi-Fi gratis yang dipasang di sejumlah fasilitas umum, termasuk di puskesmas.

“Di sini [puskesmas] ramai orang untuk cari Wi-Fi. Biasanya kami menggunakan internet untuk cari-cari informasi atau sekadar nonton YouTube,” ujar Samuel.

Samuel mengakui bahwa kehadiran internet semakin mempermudah kehidupan warga Agats. Pasalnya, informasi kini semakin mudah diakses dan cepat.

Berbeda dari sebelum internet masuk ke distrik-distrik di Asmat, untuk mencari informasi mereka hanya bisa menyaksikan siaran televisi atau lewat koran-koran yang kadang sampai di Agats juga tidak tepat waktu.

Menurutnya, dengan kehadiran internet ia bisa langsung mengetahui dinamika dan kabar terkini dari pusat pemerintahan di Jakarta. Informasi terkini mengenai drama-drama politik jelang Pemilu 2024 juga bisa didapatkan dengan mudah hanya lewat ponsel di genggaman tangannya.

Selain lewat Wi-Fi gratis, layanan internet di Agats sudah bisa diakses lewat jaringan 4G, namun terbatas hanya untuk operator tertentu. Itu pun masyarakat harus membeli paket sebelum bisa internetan, dan harganya cukup menguras kantong.

Kehadiran layanan internet tidak sekadar memudahkan Samuel untuk menonton Messi dan warga Agats lainnya mencari informasi. Tetapi juga membantu dari sisi pelayanan kesehatan.

Kepala Puskesmas Agats Willem R.R Pomeo mengatakan saat ini pihaknya sudah menghadirkan layanan konsultasi secara online antara dokter dengan pasien peserta BPJS Kesehatan. Menurutnya hal ini membuat pasien bisa lebih mudah mendapat akses kesehatan.

“Pemanfaatan sekarang berbasis sektor teknologi untuk pasien boleh langsung berkonsultasi via online dengan dokter,” jelas Willem.

Willem menjelaskan saat ini konsultasi antara dokter dengan pasien dilakukan via aplikasi WhatsApp. Menurutnya konsultasi online itu salah satu yang dipersyaratkan di BPJS Kesehatan.

Di sisi lain, pihak Puskesmas juga tengah merancang program antrean online agar masyarakat tak perlu lagi menghabiskan waktu lama untuk menunggu saat berobat ke puskesmas.

“Ya ini memang, karena belum 100 persen manfaatkan di sini untuk mereka daftar online karena sarana prasarana belum ada. Pertama, harus ada alat untuk mereka daftarkan, terus mereka harus daftar kemana, kita lagi proses persiapan,” ujar Willem.

“Tapi memang ada beberapa informasinya yang warga cukup senang karena saat ini mereka ngomong ke kita, mereka sudah berkonsultasi dengan dokter dan memang sudah dikasih tahu boleh berkonsultasi dengan dokter, nah itu mereka senang, karena ada kemudahan seperti itu,” lanjut dia.

Sebagai tenaga medis, Willem mengaku internet memberi manfaat besar dalam menangani pasien. Menurutnya, dengan jaringan internet para tenaga kesehatan tidak lagi kesulitan mencari petunjuk untuk menangani pasien-pasien khusus.

Ia menceritakan pengalamannya sebagai tenaga medis sekitar awal tahun 2000, ketika menangani pasien yang akan melahirkan, sementara kondisinya saat itu tidak ada dokter spesialis obgyn. Menurutnya saat melakukan penindakan, dia bersama bidan lainnya harus menggunakan radio SSB untuk meminta bantuan dari dokter spesialis.

“Sementara petugas di sana tolong [pasien], yang di sini konsultasi. Jadi petugas sana ngomong, kita ngomong, dokternya di sana kasih pencerahan, artinya kan harus melalui beberapa proses, ini kan jadi menghambat,” beber Willem.

Namun, dengan layanan internet yang cepat saat ini, para dokter dan tenaga medis bisa dengan mudah hanya mengirimkan gambar dan status pasien ke dokter spesialis lewat WA. Mereka juga bisa menggunakan fitur panggilan video untuk memudahkan penindakan.

Keberadaan Palapa Ring Timur juga berdampak positif bagi sektor pendidikan. Kini, materi pelajaran dapat diakses dengan mudah lewat internet.

Kepala Sekolah SMAN 1 Agats Yulianus Rumpasium mengatakan internet yang sudah ada di Agats ini sesuatu yang sangat luar biasa dan bermanfaat untuk proses pendidikan yang ada di Kabupaten Asmat.

Sebelum ada internet, untuk mendapat informasi tentang materi pembelajaran, guru-guru harus memperoleh buku, yang didapatnya pun dengan tidak mudah. Saat belum ada internet, guru-guru harus menunggu lama buku-buku yang dipesan dari luar pulau.

Namun setelah internet masuk Agats, baik guru dan siswa bisa dengan mudah mendapat informasi atau materi yang dibutuhkan untuk proses pembelajaran.

“Dan ada kemajuan, perkembangan yang cukup bagus,” kata Yulianus.

Kendati demikian, ada tantangan yang harus dihadapi oleh guru maupun murid. Misalnya, tidak semua murid di SMAN 1 Agats sudah memiliki ponsel untuk pembelajaran.

Guru Teknologi, Informasi dan Komunikasi (TIK) SMAN 1 Agats Candra Bangun mengatakan saat ini jumlah siswa yang memiliki ponsel di sekolahnya tidak lebih dari 50 persen. Hal ini yang kemudian menjadi kendala pembelajaran saat pandemi Covid-19 melanda.

Di tengah pandemi, sekolah menerapkan pembelajaran jarak jauh untuk mencegah penularan virus corona. Para guru pun harus memutar otak agar bagaimana siswa yang tidak memiliki gadget tetap mendapat materi belajar yang sama.

“Tantangan saat Covid kami saat itu, internet kami masih kurang memadai di Kabupaten Asmat, lalu untuk siswa sendiri, tidak semua siswa memiliki gadget,” kata Candra.

“Jadi pembelajarannya kami terkadang mengumpulkan siswa untuk memberikan modul dan ada yang ketika siswa yang mempunyai gadget itu kami kirim lewat WA,” tambahnya.

Kendala lainnya adalah koneksi yang masih belum stabil. Dede Haikal Anwar, siswa Kelas 11 MIPA 1 SMAN 1 Agats menuturkan, koneksi internet di Agats masih belum cukup cepat, apalagi ditambah dengan kondisi mati listrik.

“Kadang sih kalau lampu mati itu internet juga mati, jadi kadang juga lama, jaringan di atas sini bagus tidak sampai 1Mb paling tinggi 500 Kb jaringan yang bagus itu nanti jam 1 jam 2 malam. Tapi cukup membantu kalau siang-siang YouTube masih bisa dipakai,” ujar Dede.

Ia berharap ke depannya koneksi internet lebih stabil dan kalau perlu sudah ditopang 5G, karena saat ini di Agats baru sebatas 4G.

“Terus ditingkatin aja supaya kita tidak terkendala lagi dengan internet karena orang-orang di luar kota sudah terbiasa dengan internet kita ini masih di bawahnya lah,” jelas dia.

UMKM Naik Kelas

Internet di Agats tidak hanya dimanfaatkan di sektor kesehatan maupun pendidikan, tapi juga membantu ekonomi masyarakat sekitar. Sejumlah pelaku usaha mikro, kecil, dan menengah (UMKM) di Agats mulai menggunakan internet untuk berdagang secara online.

Aisyah, pemilik warung makan Raudah, mengatakan mulai berjualan secara online setelah koneksi internet semakin baik dampak kehadiran Palapa Ring Timur.

Ia menjelaskan saat ini ada sejumlah forum jual beli Agats yang ada di platform Facebook. Di sana, para pelaku UMKM, termasuk Aisyah mengiklankan dagangannya supaya dibeli pembeli.

“Jadi sambil saya promosi juga kadang secara langsung, kadang lewat sosial media juga seperti forum jual beli itu saya ada sudah tergabung di enam forum jual beli Asmat jadi semua saya post, upload semua di situ,” ujar Aisyah.

Menurutnya dengan berjualan secara online keuntungannya meningkat cukup tajam dibanding saat belum memanfaatkan internet.

“Ibu sudah lama jualan dari tahun 2000 berapa gitu, 2002 itu sudah jualan, pertama kue, terus nasi kuning, terus Alhamdulillah pendapatan juga lumayan ibu tingkatkan lagi buka warung. Dulu masih di kecamatan jadi belum lancar internetnya,” tuturnya.

Hal senada disampaikan Slamet, pemilik Walangi Cafe yang menjual pelbagai macam makanan, khususnya ayam geprek. Menurut dia, internet di Agats telah menunjang penjualannya selama ini.

Sejak dibuka tahun 2021, kafenya sudah memanfaatkan internet dan media sosial sebagai tempat promosi. Dia menuturkan internet menunjang di dalam usaha kafe yang dikelolanya itu.

"Kalau di sini tuh promosinya biasanya lewat WA, Facebook," katanya.

Slamet mengatakan kafenya juga sudah menerapkan sistem pesan antar. Artinya, pembeli tinggal memesan makanan atau minuman yang ingin dibeli, dan nanti pihaknya yang mengantar ke lokasi pembeli.

Namun begitu, untuk UMKM lokal yang mendukung budaya Asmat ternyata internet belum dioptimalkan dengan baik. Asmat terkenal dengan ukiran dan pahatannya, namun hasil karya seni mereka belum dipromosikan dan dijual secara online.

Kurator Museum Asmat John Ohoiwrin yang juga mafhum mengenai sosial budaya Asmat menyebut bahwa komunitas masyarakat adat di sini belum terlalu memanfaatkan internet untuk memperkenalkan atau menjual hasil kerajinan mereka ke dunia luar.

“Kalau di sini yang saya lihat, untuk ke komunitas atau grup untuk macam itu, memanfaatkan internet untuk usaha di bidang itu sepertinya belum ada. Ada macam itu kita lihat orang jualan di Facebook, tapi kan secara individual,” papar John.

Menurutnya, ada sejumlah faktor yang membuat orang asli Asmat di Agats urung menggunakan internet. Pertama, menurutnya penduduk lokal tidak memiliki keahlian berbisnis, meski punya kemampuan memahat dan mengukir.

Kemudian, faktor lainnya adalah para penduduk lokal belum diberi pemahaman secara mendalam mengenai dampak positif kehadiran internet.

“Itu kan membantu mereka toh, ‘oh ternyata kita tidak hanya bisa berjualan di pasar biasa, ternyata bisa berjualan di android,’ karena mereka aktualnya punya android toh, punya HP, tapi itu belum dimaksimalkan,” jelas dia.

“Jadi mungkin perlu pembinaan atau apa ya, sosialisasi pentingnya memanfaatkan itu, android. Karena itu mereka belum lihat potensi itu,” imbuhnya.

Agats, Ibu Kota Kabupaten Asmat, Papua Selatan merupakan wilayah pertama yang mendapat jaringan internet menggunakan fasilitas Palapa Ring paket Timur. PPemanfaatan internet itu tercatat dimulai pada Agustus 2019.

Palapa Ring adalah infrastruktur telekomunikasi nasional yang bertujuan menghadirkan konektivitas internet di 57 kabupaten/kota di Indonesia. Lokasinya di Wilayah Pelayanan Universal Telekomunikasi dan Informasi (WPUTI) karena dianggap kurang berpotensi secara komersial oleh operator telekomunikasi.

Data BAKTI menyatakan saat ini ada 96 ribu penduduk di Agats yang bisa mendapat layanan internet. Angka itu 2,9 persen setiap tahunnya.

Pelaksana harian (Plh) Kepala Dinas Komunikasi Informatika Statistik dan Persandian Kabupaten Asmat Sudarsono kehadiran Palapa Ring Timur ini semakin memudahkan masyarakat mendapat layanan internet.

Saat ini pun, menurutnya ada 14 titik Wi-Fi Gratis BAKTI Aksi di Agats, yakni di; Kantor Bupati Kabupaten Asmat, Dinas Kesehatan Masyarakat, Rumah Sakit Umum Daerah Agats, Kantor PMPTSP, Kantor Satpol PP, Kantor Diskominfo, Kantor BPKAD, Pasar Dolok Agats, Kantor Inspektorat, Pelni Pelabuhan Baru, LPSE Kabupaten Asmat, Orari Agats, SSB Pemda Asmat, dan Lokabina Karya Agats.

“Dengan adanya internet, bisa meningkatkan taraf hidup masyarakat, misalnya dari segi ekonomi, transaksi keuangan mulai memanfaatkan internet. Dari segi pendidikan, sebagian sekolah telah menerapkan berbasis secara online dan data murid serta pendidik mudah diakses secara online,” kata Sudarsono.

Internet dari BAKTI Kominfo paling tidak mencatat sejarah penting bergeraknya peradaban di kawasan timur Indonesia, macam Agats. Dan orang macam Samuel pun tetap setia menanti aksi-aksi spekatakuler Messi dari balik layar ponselnya.