Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) mengungkap gempa Pangandaran, Jawa Barat, dengan Magnitudo 5,5 merupakan gempa intraplate yang bersumber dari salah satu lempeng utama di RI, Lempeng Eurasia.
Pusat gempa itu berada di laut 80 km Barat Daya Kabupaten Pangandaran dengan kedalaman 14 km. Namun, lindu tersebut tak memicu peringatan tsunami.
Gempa tersebut dirasakan di sejumlah daerah dalam Skala MMI IV di Garut, III di Cilacap, III di Pelabuhan Ratu, III di Sukabumi, II–III Bandung, III di Cianjur, III di Pangandaran, II–III di Bogor.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Semakin tinggi angka skalanya, makin kuat dirasakan warga di lokasi.
"Gempa Mag. 5,3 kedalaman 41 km guncang jawa barat bagian selatan di duga dipicu penyesaran dalam lempeng Eurasia (intraplate earthquake)," tutur Kepala Pusat Gempabumi BMKG Daryono di akun X @DaryonoBMKG, Kamis (28/12).
Apa itu Lempeng Eurasia?
Menurut keterangan BMKG, Lempeng (lapisan kulit bumi dengan ketebalan 50 hingga 250 km) Eurasia merupakan salah satu dari tiga lempeng tektonik di Indonesia. Dua lainnya adalah Lempeng Indo-Australia dan Lempeng Pasifik.
Lantaran jadi pertemuan tiga lempeng itulah RI menjadi daerah rawan gempa bumi.
Lempeng Indo-Australia bergerak relatif ke arah utara dan menyusup ke dalam lempeng Eurasia. Lempeng Pasifik bergerak relatif ke arah barat.
"Jalur pertemuan lempeng berada di laut sehingga apabila terjadi gempabumi besar dengan kedalaman dangkal maka akan berpotensi menimbulkan tsunami sehingga Indonesia juga rawan tsunami."
Lalu apa itu gempa intraplate?
Berdasarkan situs MAGMA Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral, Gempa Intraplate merupakan gempa bumi yang berlangsung di dalam interior alias bagian dalam lempeng.
Gempa ini tidak sesering dan sebesar gempa bumi interplate (gempa bumi yang terjadi sepanjang batas lempeng), paling besar kurang lebih 100 kali lebih kecil dari gempa bumi interplate.
Lindu jenis ini kemungkinan disebabkan oleh peregangan pada interior lempeng, akibat perubahan suhu atau tekanan pada batuan.
Menurut Daryono, dalam keterangan lamanya dikutip dari Antara, salah satu ciri gempa intraplate adalah dampak guncangan (ground motion) yang lebih besar dari yang semestinya.
Gempa intraplate, kata dia, dapat menimbulkan kerusakan yang lebih besar, seperti gempa Padang, Sumbar, dengan Magnitudo 7,6 dengan kedalaman 87 km pada 30 September 2009. Bencana ini menyebabkan 1.117 orang meninggal.